Dokter: Risiko Hipertensi Meningkat Tajam di Usia 45 Tahun
Dokter spesialis syaraf sekaligus Wakil Ketua InaSH dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, mengatakan, dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi meningkat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dokter spesialis syaraf sekaligus Wakil Ketua InaSH dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, mengatakan, dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi meningkat.
Risiko hipertensi meningkat tajam pada usia 45 tahun.
"Pemeriksaan tekanan darah secara regular disarankan dimulai pada usia 18 tahun, terutama yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi atau penyakit kardiovaskular," kata dia dalam kegiatan virtual World Hypertension Day (WHD) 2022, Selasa (17/5/2022).
Baca juga: Bayi Berat Badan Lahir Rendah Berisiko Hipertensi dan Diabetes saat Dewasa
Baca juga: Waspada! Ibu Hamil Berisiko Idap Hipertensi
Pasien diabetes berisiko mengalami hipertensi sehingga harus di lakukan pemeriksaan darah berkala untuk mendeteksi adanya hipertensi.
“Hipertensi merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia," imbuh dokter Eka.
Ia mengemukakan, hipertensi dapat dicegah walaupun faktor genetik dan usia sulit untuk dimodifikasi.
Namun banyak faktor risiko lain yang dapat dihindari agar tidak terjadi hipertensi dengan pola hidup sehat sejak usia dini yang dilakukan dalam keluarga dan melalui edukasi di sekolah.
Hal ini lebih mudah dibandingkan menyarankan perubahan gaya hidup bagi orang dewasa.
Selain pengukuran tekanan darah di fasilitas kesehatan, dapat juga dilakukan secara mandiri di rumah atau di komunitas tertentu yang dikenal dengan Home Blood Pressure Monitoring (HBPM) atau
disebut dengan Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR).
Hipertensi Dapat Mengakibatkan Kerusakan Organ
Dokter subspesialis ginjal hipertensi dr.Djoko Wibisono, SpPD-KGH, dalam presentasinya menjelaskan, hipertensi yang tidak dikendalikan dan
ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kematian akibat kerusakan organ.
Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD).
Dampak kerusakan organ yang disebabkan oleh hipertensi pada otak mengakibatkan stroke, pada Jantung mengakibatkan penyakit jantung koroner, infark miokard, pembesaran jantung kiri dan gagal jantung.
Selain itu, hipertensi pada ginjal
dapat menyebabkan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang membutuhkan hemodialysis, hipertensi pada mata dapat menyebabkan retinopati yang berakhir dengan kebutaan.
“Komplikasi hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah baik dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi (obat)," ujar Djoko.
Tips hidup sehat dengan hipertensi antara lain dengan menurunkan BB, mengatur diet: mengurangi garam <5g/hr, banyak konsumsi sayur dan buah, menghindari lemak berlebihan; berhenti merokok secara teratur; minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter; stop alkohol; mengendalikan stress dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta periksa laboratorium untuk deteksi dini terjadinya komplikasi.