Pasien Rawat Inap Punya Risiko Alami Malnutrisi
Dalam kondisi medis tertentu, pasien rawat inap rumah sakit memiliki risiko mengalami malnutrisi.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Adi Suhendi
Dukungan nutrisi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh dari pasien.
Baca juga: Cegah Malnutrisi pada Anak dengan 7 Cara Ini, Salah Satunya Kurangi Garam
Komplikasi termasuk infeksi, ulkus dekubitus, patah tulang, serta komplikasi paru, ginjal, dan hati.
Nutrisi yang diberikan pada pasien rawat inap bisa berupa makanan ayau minuman, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
"Pasien yang tidak bisa menerima makanan dan minuman bisa menerima nutrisi berupa enteral dan parenteral. Nutrisi enteral bisa diberikan secara langsung lewat mulut maupun lewat NGT. Nutrisi parenteral diberikan melalui infus,” katanya.
Lebih lanjut Dr Nurhayat Usman SpBKBD FINACS menyampaikan dalam riset prevalensi malnutrisi pertama di Asia, Indonesia menjadi bagian dari riset bersama dengan 6 negara lainnya.
Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan 54 % pasien memiliki risiko malnutrisi sedang hingga tinggi.
Di Indonesia, menunjukkan bahwa risiko malnutrisi sedang hingga tinggi terjadi pada 76 % pasien.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa di Asia angka kejadian pada pasien yang mengalami malnutrisi sejak sebelum melakukan operasi atau pasien yang berisiko malnutrisi, cukup tinggi.
"Dengan demikian, dukungan perbaikan gizi sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien,” kata Nurhayat.
Dalam penelitian tersebut, dukungan pemberian nutrisi yang menunjukkan defisit kalori dan protein yang lebih rendah bisa dicapai dengan kombinasi antara pemberian nutrisi parenteral dan nutrisi enteral.
Nutrisi parenteral bisa diberikan tunggal apabila pasien tidak bisa menerima nutrisi oral maupun enteral.
Selain menyebabkan dampak bagi kesehatan pasien, malnutrisi juga membebani pasien dan rumah sakit dalam hal pembiayaan.
Berdasarkan penelitian, estimasi beban ekonomi yang disebabkan oleh malnutrisi di rumah sakit mencapai USD 30,1 miliar.
Tingginya periode rawat inap membutuhkan biaya yang paling besar, setelah itu diikuti dengan tingginya kebutuhan ruang Intensive Care Unit (ICU), dan tambahan pengobatan akibat komplikasi.