Wamenkes Dorong Industri Farmasi Indonesia Mengembangkan Pengobatan Fitofarmaka secara Mandiri
Kementerian Kesehatan resmi meluncurkan Formularium Fitofarmaka setelah menerbitkan Kepmenkes tentang Formularium Fitofarmaka
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan resmi meluncurkan Formularium Fitofarmaka setelah menerbitkan Kepmenkes nomor HK.01.07/MENKES/1163/2022 tanggal 19 Mei 2022 tentang Formularium Fitofarmaka, Selasa (31/5/2022).
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, fitofarmaka bermanfaat bagi imun therapy dan daya tahan tubuh terus meningkat.
“Berdasarkan studi Balitbangkes, sebanyak 75 persen masyarakat mengkonsumsi obat tradisional untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh selama pandemi Covid-19,” kata Wamenkes saat launching Formularium Fitofarmaka.
Wamenkes juga mendorong industri farmasi Indonesia supaya mengembangkan pengobatan fitofarmaka ini secara mandiri, melakukan pengolahan secara efektif sesuai indikasi yang relevan sehingga dapat masuk fase uji klinik untuk kemudian membuktikan bahwa produk herbal tersebut terbukti efektif, dan menjadi fitofarmaka.
"Setiap produk fitofarmaka yang tercantum dalam formularium fitofarmaka telah diseleksi oleh Komite Nasional Penyusunan Formularium Fitofarmaka di Kemenkes berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Komite Nasional Penyusunan Formularium Fitofarmaka terdiri dari unsur akademisi, klinisi, Kemenkes, BPOM, dan Kementerian/Lembaga lain," katanya.
Baca juga: Kemenkes Segera Luncurkan Formularium Nasional Fitofarmaka, Bisa Diresepkan pada Pasien JKN
Hingga saat ini, formularium fitofarmaka yang telah disusun memuat 5 item fitofarmaka dengan komposisi generik yang sama.
Jumlah fitofarmaka yang telah mendapatkan izin edar 24 item terdiri atas 6 terapeutik area yakni immunomodular, tukak lambung, antidiabetes, antihipertensi, pelancar sirkulasi darah dan meningkatkan kadar albumin.
Baca juga: Atasi Impor Obat, Pemerintah Dukung Pengembangan Fitofarmaka Jadi Produk Farmasi Utama Indonesia
Director of Research & Business Development Dexa Group, Raymond Tjandrawinata mengatakan, pihaknya telah melakukan banyak sekali penelitian mulai dari basic science sampai ke molecular science sampai ke uji klinik.
"Para saintis kami telah melakukan berbagai macam yang disebut sebagai portofolio program yang akan diluncurkan di kemudian hari. Mulai dari OHT-Obat Herbal Standar- hingga ke Fitofarmaka," kata Raymond Tjandrawinata.
Baca juga: Good Doctor Technology Terima Sertifikat PSEF dari Kemenkes untuk Layanan Telefarmasi
Dexa menggunakan bahan alam hanya Indonesia, jadi kami telusuri untuk mendapatkan bahan alam dari seluruh kepulauan Indonesia, apa yang baik untuk dibuat untuk menjadi obat-obat fitofarmaka.
"Seperti Inlacin ini kan asalnya dari gunung kerinci, kayumanis. Kita coba kayumanis di semua daerah di Indonesia maupun di luar negeri, di Sri Lanka, di India, paling bagus rupanya kerinci. Portfolio itu dibuat dari keperluan apa yang diperlukan oleh dokter. Ini diresepkan oleh dokter, tapi kalau masyarakat mau membeli itu bisa izin dokternya," katanya.
Kemudian produk Stimuno dari bahan meniran, Dexa sudah punya supplier, tapi semua terstandarisasi, mulai dari RnD, produksi, sampai kepada dokternya.
"Ada yang harus diresepkan dokter, ada juga yang bisa beli sendiri. Ada (obat fitofarmaka) untuk penyakit yang agak susah, harus pakai resep dokter seperti untuk penyakit diabetes, Inlacin. Karena itu tidak kalah dengan obat kimiawi. Karena kalau sudah dilakukan riset secara farmakologi molekuler, tidak kalah dengan obat kimia yang diimpor dari luar negeri," katanya.