Ahli: Terlalu Dini Simpulkan Monkeypox Bisa Picu Risiko Kesehatan Masyarakat
WHO mengeluarkan penilaian risiko bahwa virus cacar monyet dapat berdampak signifikan pada risiko kesehatan masyarakat, jika semakin meluas.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ATLANTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Minggu lalu mengeluarkan penilaian risiko bahwa virus cacar monyet (Monkeypox) dapat berdampak signifikan pada risiko kesehatan masyarakat, jika semakin luas menyebar.
Terlebih jika penyebaran terjadi pada kelompok rentan seperti mereka yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (immunocompromised) dan kelompok anak-anak.
"Risiko kesehatan masyarakat bisa menjadi tinggi, jika virus ini memanfaatkan kesempatan untuk memantapkan dirinya sebagai patogen manusia dan menyebar ke kelompok yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah seperti anak kecil dan orang yang mengalami gangguan kekebalan," kata WHO.
Menurut lembaga tersebut, tindakan segera dari seluruh negara di dunia diperlukan untuk mengendalikan penyebaran lebih lanjut diantara kelompok-kelompok berisiko.
"Ini dapat mencegah penyebaran ke populasi umum dan mencegah pembentukan Monkeypox sebagai kondisi klinis serta masalah kesehatan masyarakat di negara-negara non-endemik," jelas WHO.
Baca juga: 5 Cara Membedakan Monkeypox dan Chickenpox
Dikutip dari laman CNN, Jumat (3/6/2022), dalam konferensi pers pada pekan lalu, Wakil Direktur Divisi Patogen dan Patologi Konsekuensi Tinggi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), Dr Jennifer McQuiston mengatakan bahwa terlalu dini untuk menilai apakah virus itu bisa menjadi endemik di AS, namun para ahli tetap 'berharap' dugaan mereka tidak akan terjadi.
Baca juga: WHO: Monkeypox Kemungkinan Telah Menyebar Tanpa Terdeteksi
"Saya pikir kami berada di hari-hari awal penyelidikan kami," kata Dr McQuiston.
Ia menyebutkan, virus tersebut tidak menjadi endemik setelah meluasnya wabah Monkeypox terakhir di AS pada 2003, saat anjing peliharaan menyebabkan banyak orang terinfeksi di berbagai negara bagian.
Baca juga: Pakar UEA: Vaksin Cacar Tawarkan 85 Persen Perlindungan terhadap Virus Monkeypox
"Kami berharap kami juga dapat mengatasi hal ini," tegas Dr McQuiston.
CDC Eropa pun tampaknya setuju dengan pendapat Dr McQuiston dalam penilaiannya pada pekan lalu, dengan mengatakan tidak ada bukti bahwa virus itu menetap di satwa liar AS setelah pihak berwenang melakukan 'kampanye agresif untuk hewan yang terpapar selama wabah 2003'.
"Kemungkinan peristiwa tumpahan ini sangat rendah," kata CDC Eropa.
Sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg, Dr. Amesh Adalja mengatakan Monkeypox bukan virus pertama yang menempati populasi hewan di AS.
"Sebelum 1999, virus West Nile tidak pernah terdengar di AS, namun sekarang, itu adalah penyebab utama penyakit yang dibawa nyamuk di negara ini. Itu diunggulkan ke dalam populasi nyamuk dan populasi burung serta mampu membangun dirinya sendiri," kata Dr. Adalja.
Ahli Biologi Evolusioner dan Profesor di University of Arizona AS, Michael Worobey mengatakan bahwa ada terlalu banyak hal yang tidak diketahui untuk mengetahui ke mana arah wabah Monkeypox ini.
"Apa yang kami temukan di sini, secara real time, adalah bahwa kami hanya tahu sedikit tentang apa yang terjadi. Dan saya pikir masih terlalu dini untuk memberikan kepastian," kata Prof Worobey.