Kolaborasi Indonesia dan Denmark, Tangani Permasalahan Diabetes di Indonesia
Duta Besar Denmark mengungkapkan dukungannya terhadap kerja sama dengan Indonesia di bidang kesehatan dalam perawatan diabetes.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia karena menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Prevalensi diabetes terus meningkat karena banyaknya kasus yang tidak terdiagnosis. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi diabetes telah meningkat sebanyak 10,9 persen pada 2018.
International Diabetes Federation (IDF) juga menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat, dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021.
Jumlah ini membawa Indonesia naik ke peringkat kelima, dari peringkat ketujuh pada 2019, dalam daftar negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak di dunia.
Jika tidak ada intervensi, angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan dapat mencapai 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, KEMD mengatakan peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah.
Jika, dilakukan upaya promotif dan preventif yang baik di tingkat pelayanan kesehatan primer. Kementerian Kesehatan sedang melakukan berbagai upaya transformatif dan memperluas deteksi dini di lokasi pelayanan kesehatan primer.
Baca juga: Diabetes Hingga Dehidrasi jadi Penyakit Terbanyak yang Diderita Jemaah Haji
“Kami akan melakukan screening gula darah dan HbA1c di fasilitas kesehatan primer, target kami 100 persen sasaran tercapai pada 2024," ungkapnya pada keterangan resmi, Sabtu (25/6/2022).
Beliau menambahkan bahwa peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan juga merupakan bagian dari rencana Kemenkes untuk mencegah diabetes.
Terkait hal ini, Novo Nordisk Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).
Kerja sama ini meluncurkan kurikulum pelatihan penanganan diabetes terakreditasi untuk tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E. Lars Bo Larsen mengungkapkan dukungannya terhadap kerja sama dengan Indonesia di bidang kesehatan.
"Seperti yang tertulis dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan, kami sangat mendukung pemerintah Indonesia," kata Lars No Larsen.
Baca juga: Amankah Penderita Diabetes Konsumsi Makanan Manis?
Melalui kesepakatan tersebut, yang ditandatangani tahun lalu, Denmark mendukung segala upaya tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dalam perawatan diabetes.
Dan diharapkan akan menurunkan angka komplikasi yang disebabkan oleh diabetes. Komplikasi diabetes, terutama pada pembuluh darah dan sistem saraf.
Sehingga menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian, serta dapat menurunkan produktivitas pasien, juga secara tidak langsung, memengaruhi kondisi finansial mereka.
Sekitar 74 persen pengeluaran pasien diabetes adalah untuk menangani komplikasi, bukan untuk obat-obatan.
" Untuk memastikan pengidap diabetes dapat mencapai target glikemik dan menghindari komplikasi, kami memerlukan kontribusi dari semua tingkatan layanan kesehatan,“ jelas Direktur (Plt.) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI dr. Elvieda Sariwati, M.Epid.
Menyadari hal tersebut, menjadi penting untuk menyediakan program pelatihan manajemen diabetes yang terakreditasi dengan kurikulum yang terstandardisasi.
“Saya mencanangkan kurikulum pengelolaan diabetes melitus tipe-2 sebagai kurikulum berstandar nasional. Kurikulum ini akan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, khususnya bagi dokter umum yang mengelola diabetes mellitus di Puskesmas,” ujar Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI drg. Arianti Anaya, MKM.