Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Pakar Sebut Penyebaran Monkeypox Tidak Secepat Covid-19, Cara Penularannya Lewat Sentuhan Fisik

Pakar Biostatistika Epidemiologi UNAIR Dr Windhu Purnomo menuturkan, penyebaran penyakit monkeypox atau cacar monyet tidak secepat Covid-19.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pakar Sebut Penyebaran Monkeypox Tidak Secepat Covid-19, Cara Penularannya Lewat Sentuhan Fisik
freepik
Monkeypox atau cacar monyet. Pakar Biostatistika Epidemiologi UNAIR Dr Windhu Purnomo menuturkan, penyebaran penyakit monkeypox atau cacar monyet tidak secepat Covid-19. Pasalnya, cara penularannya lewat sentuhan fisik. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Biostatistika Epidemiologi UNAIR Dr Windhu Purnomo menuturkan, penyebaran penyakit monkeypox atau cacar monyet tidak secepat Covid-19.

Pasalnya, cara penularannya lewat sentuhan fisik.

Gejala dari cacar monyet muncul ruam dan bintil-bintil layaknya cacar, dan virusnya ada di sana.

"Untuk itu, penyebaran via droplet (cipratan air liur/bersin) ini jauh lebih kecil posibilitasnya karena harus ada ruam di daerah mulut terlebih dahulu," ujar dosen FKM UNAIR Dr Windhu Purnomo seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (30/7/2022).

Baca juga: Perbedaan Cacar Monyet dengan Cacar Biasa

Meski demikian, tetap perlu mengantisipasi potensi menyebarnya suatu penyakit.

Di level individu, Dr Windhu Purnomo mengatakan, metode pencegahan cacar monyet layaknya pencegahan virus-virus lainnya, yakni PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), seperti rajin cuci tangan dan memakai masker harus tetap dilakukan.

Berita Rekomendasi

Mengingat penyebarannya melalui sentuhan, maka kontak fisik pada orang yang tidak dikenal harus diminimalisir.

Sederhananya perilaku seperti jangan bersentuhan hingga berhubungan seks sembarangan.

"PHBS ini kalau dalam kesehatan masyarakat merupakan bentuk primordial prevention, yakni pengurangan risiko tertular. Namun juga ada primary prevention dalam bentuk specific protection, yakni vaksin," ujarnya.

"Untungnya vaksin ini pada dasarnya sudah tersedia di dunia, karena cacar monyet ini bisa dicegah dengan vaksin cacar (smallpox) jadi kita tidak perlu penelitian vaksin terlebih dahulu seperti Covid kemarin. Produksinya jadi mudah. Ditambah lagi untuk orang yang sudah divaksin cacar seperti saya, kekebalannya seumur hidup," tuturnya.

Di level kebijakan pemerintah, Windhu menekankan, Indonesia telah siap dalam pencegahan cacar monyet sejak tahun 2019, dimana saat itu terdeteksi kasus di Singapura.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet Didominasi oleh Laki-Laki, Ini Cara Mencegahnya

Kementerian Kesehatan RI sudah memiliki panduan terkait bagaimana pelaksanaannya.


Menurut Windhu yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah komunikasi publik yang baik supaya masyarakat paham terkait gejala-gejala cacar monyet.

Karena gejala cacar monyet ini mirip seperti cacar air dan campak.

Kemudian publik harus diberitahu untuk tidak boleh meremehkan dan segera melaporkannya ke petugas kesehatan di puskesmas atau rumah sakit.

Kedua adalah menjaga pintu-pintu masuk negara seperti bandara dan pelabuhan, dimana bilamana terdeteksi suspek harus segera tes PCR.

Windhu menegaskan, bahwa monkeypox atau cacar monyet ini bukan penyakit LGBTQ+.

Sekalipun penelitian menunjukkan penyebaran utama cacar monyet di wilayah Eropa itu pada kalangan homoseksual, harus dipahami bahwa penyebarannya tidak ada hubungannya dengan orientasi seksual.

"Jadi pemberitaan seperti itu harus dibetulkan, karena nanti akan menimbulkan stigma dan diskriminasi. Penyebaran cacar monyet ini melalui sentuhan, ya siapa saja bisa kena entah itu orientasinya homoseksual atau heteroseksual," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas