Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kementan: Kimpul Bisa Jadi Pangan Pengganti Beras, Cocok untuk Diet

Kementerian Pertanian (Kementan) menginisiasi talas Belitung atau yang dikenal dengan kimpul sebagai calon pengganti nasi

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Kementan: Kimpul Bisa Jadi Pangan Pengganti Beras, Cocok untuk Diet
toastandhoneyeats.com
Kementerian Pertanian (Kementan) menginisiasi talas Belitung atau yang dikenal dengan kimpul sebagai calon pengganti nasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menginisiasi talas Belitung atau yang dikenal dengan kimpul sebagai calon pengganti nasi dari beras yang cocok untuk penderita diabetes dan menu diet.

Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya diversifikasi pangan.

Kimpul diketahui adalah komoditas penghasil karbohidrat non beras dari golongan umbi-umbian, selain ubi kayu dan ubi jalar.

"Kimpul punya potensi sebagai pengganti nasi,” kata Penghubung PPID Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Inna Dwi Hidayah dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Jumat (19/8/2022).

Menurut Inna dalam 100 gram umbi kimpul terdapat kandungan protein 2,81 persen, lemak 0,08%, air 67,26%, abu 1,19%, karbohidrat 28,66%, pati 20,87%, serat kasar 0,56%, serat pangan larut air 1,31%, serat pangan tidak larut air 6,93%, polisakarida larut air 0,99%, dan diosgenin 0,00083 mg.

“Umbi kimpul mengandung senyawa bioaktif diosgenin dan polisakarida larut air. Ini bermanfaat untuk menurunkan berat badan bagi yang diet dan mencegah diabetes,” katanya.

Berita Rekomendasi

Selain bisa menurunkan berat badan dan mencegah diabetes, kimpul juga bisa menstabilkan tekanan darah dan kolesterol, detoksifikasi dan sumber antioksidan tubuh, mencegah kanker, kesehatan otak dan mencegah stroke, kesehatan ibu hamil karena tinggi asam folat dan zat besi, meningkatkan imun tubuh, meningkatkan kesehatan kulit, serta mencegah kerutan, noda hitam dan tanda penuaan pada wajah.

Baca juga: Risma: Kemensos Kirim Bantuan Umbi-umbian untuk Korban Bencana Hujan Es di Kuyawage

Dari sisi budidaya, kimpul memiliki keunggulan karena lebih toleran terhadap kekeringan dibandingkan jenis talas lainnya.

“Tanaman kimpul mudah ditanam, sehingga layak untuk dikembangkan. Biasanya ditanam di lahan kering yang lembab, tapi tidak becek. Bisa hidup di lahan sawah, tetapi pada musim kemarau,” kata Inna.

Produksi kimpul bisa mencapai 3,7-7,5 ton per hektar dan umumnya dipanen saat umur 5-9 bulan setelah tanam.

“Beberapa jenis kimpul dapat mulai dipanen dan memiliki produksi yang tinggi pada umur tujuh sampai delapan bulan,” katanya.

Pengembangan talas kimpul lanjut Inna, berpotensi dilakukan di lahan di bawah tegakan tanaman perkebunan atau tanaman kehutanan secara tumpang sari.

“Dengan naungan 75% menghasilkan produksi umbi lebih tinggi dibandingkan yang tanpa naungan,” katanya.

Sementara itu menurut Dosen Universitas Lampung Solihin, tanaman kimpul adalah tanaman yang bisa dimanfaatkan semua bagiannya, bukan hanya umbinya.

“Kimpul itu zero waste, semua bagian tanamannya bisa dimanfaatkan,” kata Solihin.

Inna menambahkan, batang dan daun muda tanaman kimpul bisa digunakan sebagai sayuran, juga sebagai pakan ternak. “Daun kimpul bisa dirajang-rajang, direbus, dicampur bekatul,” kata Inna.

Sentra produksi tanaman kimpul berada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Papua Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat.

Baca juga: Kementan Pantau Ketersediaan Pasokan Umbi Bawang Merah untuk Konsumsi dan Benih Pasca Idulfitri

“Di Sumatera Barat, Papua, kimpul biasa digunakan untuk pengganti nasi. Sedangkan di Jawa Barat, Jawa Timur, sudah banyak dilakukan home industry. Dia memiliki nilai tambah, diolah menjadi produk olahan,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas