Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan di Rumah Terhadap Penderita DBD

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mewanti-wanti agar masyarakat mewaspadai penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue (DBD).

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
zoom-in Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan di Rumah Terhadap Penderita DBD
TRIBUN KALTIM/TRIBUN KALTIM/Aridjwana
Ilustrasi pasien DBD. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki musim penghujan seperti saat ini, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mewanti-wanti agar masyarakat mewaspadai penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue (DBD).

DBD disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Penyakit tersebut banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). 

Seseorang yang mengalami DBD akan mengalami gejala awal sebagai berikut:

- Demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari

- Nyeri kepala

Berita Rekomendasi

- Nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung

- Kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan

- Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. 

Masa inkubasi demam berdarah 3 s/d 14 hari tetapi pada umumnya 4 s/d 7 hari.

Baca juga: Gejala DBD: Demam Disertai Sakit Kepala, Muncul Ruam, hingga Sesak Napas

Setelah mengenal gejala awal DBD, masyarakat juga perlu memahami pertolongan pertama terhadap penderita DBD menurut Kemenkes RI:

Jika terdapat anggota keluarga atau orang terdekat yang mengalami gejala DBD, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama.

• Tirah baring (bedrest)

• Perbanyak minum air minimal 2 liter per hari

• Kompres hangat

• Berikan obat pereda demam, jika demam tinggi

• Jika dalam 2-3 hari gejala semakin memburuk seperti tampak lemas, muntah-muntah, mimisan, pendarahan gusi, dan sebagainya segeralah dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk ditangani lebih lanjut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD. Diantaranya adalah rendahnya kekebalan tubuh masyarakat; kepadatan jentik nyamuk atau populasi nyamuk penular yang banyak ditemukan di musim penghujan; genangan air di tempat-tempat tertentu seperti ban bekas, kaleng bekas, talang air, botol bekas, gelas bekas, lubang pohon, bambu, pelepah daun, dan sebagainya.

Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien hingga saat ini yaitu dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menggunakan metode 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang Barang Bekas).

• Menguras

Bersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air seperti: ember air, bak mandi, penampungan air minum, penampung air lemari es, tong air, dan lain-lain.

• Menutup

Tutup rapat tempat penampungan air

• Mendaur Ulang Barang Bekas

Daur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas. Hal tersebut karena barang bekas dapat berpotensi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

Sementara itu, Plus pada metode 3M Plus tersebut dimaksudkan untuk melakukan segala bentuk kegiatan pencegahan yang lain seperti:

• Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.

• Menggunakan kelambu saat tidur

• Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk

• Menanam tanaman pengusir nyamuk

• Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.

• Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.

Kemenkes menghimbau seluruh masyarakat untuk peduli dan mau berupaya mencegah penyebaran DBD dengan menjaga lingkungan, melaksanakan PSN minimal di tempat tinggalnya masing-masing, serta personal hygiene. Guna mewujudkan hal tersebut, perlu adanya komitmen dan upaya dari masing-masing individu serta pemerintah setempat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas