Dokter Paru: Risiko Kematian Bisa Terjadi Bila Menghirup Gas Air Mata dalam Konsentrasi Tinggi
Ketua Umum PDPI mengatakan, gas air mata yang dihirup dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) malam memakan banyak korban.
Berdasarkan laporan kepolisian setempat tercatat 125 orang meninggal dalam peristiwa tersebut.
Baca juga: Pemicu Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan versi Aremania Bantur: Berawal 2 Suporter Minta Foto
Diduga penyebab kematian karena dipicu gas air mata dari polisi yang membuat penonton berlarian lalu berdesak-desakan ke pintu keluar.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, gas air mata yang dihirup dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
Efek gas air mata pada saluran napas menyebabkan iritasi dari hidung, tenggorokan sampai dengan saluran napas bawah.
Gejalanya berupa hidung berair, rasa terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, dahak.
"Juga menimbulkan nyeri dada, sesak napas. Risiko kematian bisa terjadi bila menghirup dalam konsentrasi tinggi," kata dia saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (2/10/2022).
Dipaparkan Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi paru, Prof Tjandra Yoga Aditama, secara umum gas air mata dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata dan paru serta saluran napas.
Gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Bocah 11 Tahun Menangis Saat Ayah Ibunya Dimakamkan Satu Liang Lahad
"Pada keadaan tertentu dapat terjadi gawat napas (respiratory distress)," kata dia.
Selain itu, jika seseorang sudah punya penyakit asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) maka saat terkena gas air mata maka dapat terjadi serangan sesak napas akut.
"Serangan ini bukan tidak mungkin berujung di gagal napas (respiratory failure)," ungkap dia.
Selain di saluran napas maka gejala lain adalah rasa terbakar di mata, mulut dan hidung.
Lalu dapat juga berupa pandangan kabur dan kesulitan menelan. Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi.
"Walaupun dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan. Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup," ujar Guru Besar FKUI ini.
Dilansir dari CDC, gas air mata adalah adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan kerusuhan atau membubarkan massa.
Senyawa dari gas air mata adalah chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS).
Efek yang muncul terjadi pada mata, hidung, kulit hingga paru-paru.
Bila terkena dalam waktu yang lama gas air mata bisa menyebabkan efek yang lebih serius.