Pengobatan Medis Belum Menjamin Kesembuhan, Deteksi Dini Diperlukan untuk Cegah Demensia
Demensia terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti Alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Screening dan deteksi dini untuk mencegah Demensia (kepikunan) sangat penting mengingat tindakan medis ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan atau kembali normal pada penderita demensia.
Apabila sudah di tahapan tertentu, penanganan akan dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya dengan tujuan penderita dapat beradaptasi dengan kondisinya dengan kualitas hidup yang maksimal.
Beberapa terapi khusus dan penting, kata dia membutuhkan dukungan keluarga dan support lingkungan.
Secara berkelanjutan, konsultasi merupakan langkah tepat guna memantau perkembangan dengan penangangan yang ideal, termasuk menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, asupan nutrisi cukup sekaligus melatih otak secara berkala.
"Termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes, kolesterol, hipertensi yang merupakan hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keluhan penyakit Demensia," kata Lothar.
Baca juga: Waspada Brain Fog sebagai Efek Long Covid, Bisa Sebabkan Pikun Usia Dini
Kata demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa.
Demensia terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti Alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala.
Secara detail, demensia merupakan kondisi penurunan fungsi otak seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan menggangu kemandirian aktifitas penderita.
Dari banyak tipe Demensia, data menunjukkan yang sering ditemukan adalah Alzheimer yang akan berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di otak dan ada juga tipe lain seperti Demensia Vaskular yang diakibatkan gangguan pada pembuluh darah otak," katanya.
"Diibaratkan sebuah rumah itulah dimensia dan salah satu ruangan di dalamnya adalah alzheimer. Dapat diartikan alzheimer adalah salah satu tipe demensia paling umum," kata dr. Lothar.
Ia menyebut sejumlah faktor resiko pemicu yakni pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, dan dapat juga karena merokok dan kecanduan alkohol.
"Faktor risiko dipicu dengan beberapa kondisi seperti depresi, down syndrom, sleep apnea, hipertensi, obesitas maupun diabetes," katanya.
Ditambahkan dokter Lothar, gejala utama penderita demensia adalah penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan cara bicara, dan cenderung memburuk seiring waktu.