Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Studi: Gadget Lebih Banyak Bahayanya untuk Balita

Sebuah penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang sering mengalami gangguan perilaku merupakan anak-anak yang sering diberi konsumsi gadget.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Studi: Gadget Lebih Banyak Bahayanya untuk Balita
Freepik
Ilustrasi anak-anak bermain gadget. Sebuah penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang sering mengalami gangguan perilaku merupakan anak-anak yang sering diberi konsumsi gadget. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MICHIGAN - Akhir-akhir ini para orang tua sering menggunakan perangkat elektronik untuk membuat tenang anak mereka yang rewel.

Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa upaya seperti itu dapat jauh lebih berbahaya bagi anak-anak, dibandingkan apa yang selama ini dibayangkan orang tua.

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (19/12/2022), sebuah penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang sering mengalami gangguan perilaku merupakan anak-anak yang memiliki orang tua yang lebih memilih perangkat elektronik sebagai cara untuk mengalihkan perhatian anak.

Gangguan ini terutama terjadi pada anak laki-laki, terutama yang hiperaktif.

Penelitian ini melibatkan 422 anak berusia 3 hingga 5 tahun dan 422 orang tua, serta berlangsung selama 6 bulan.

Baca juga: Hasil Studi: Terlalu Banyak Menatap Layar Gadget Meningkatkan Risiko OCD pada Anak-anak

Tidak hanya itu, dalam penelitian, dilakukan peerekaman reaksi emosional anak-anak, perubahan suasana hati, perubahan kesejahteraan yang tiba-tiba, dan peningkatan impulsif.

Berita Rekomendasi

Penulis utama penelitian sekaligus seorang Dokter Anak Perkembangan Perilaku di University of Michigan Health C.S. Mott Children's Hospital, Jenny Radesky mengatakan bahwa gadget merupakan alat yang berbahaya bagi tumbuh kembang anak.

"Menggunakan perangkat seluler untuk menenangkan anak kecil mungkin tampak seperti alat sementara yang tidak berbahaya untuk mengurangi stres dalam rumah tangga, namun ada konsekuensi jangka panjang jika itu adalah strategi yang menenangkan secara teratur," kata Radesky.

Para peneliti telah mencatat bahwa pada usia dini, anak-anak secara aktif rentan terhadap perubahan suasana hati dan amarah.

Baca juga: Anak Kecanduan Gadget? Cegah Gangguan Penglihatan, Coba Terapkan Aturan 20-20-20

Perilaku inilah yang kemudian dapat mendorong para orang tua untuk menggunakan gadget, karena tidak memiliki waktu atau tenaga untuk menenangkan anak mereka.

Namun sebenarnya ada sejumlah metode yang dapat digunakan dan tidak memerlukan gadget elektronik.

- Sebutkan emosi dan apa yang harus dilakukan

Memberi nama emosi dapat membantu anak memahami apa yang mereka rasakan.

Ini menunjukkan kepada anak-anak bahwa orang tua benar-benar peduli pada mereka dan mungkin membantu mengelola emosi secara lebih mudah.

- Teknik sensori

Menyalurkan energi anak ke dalam bentuk tindakan tertentu, seperti mengayun, berpelukan, melompat di atas trampolin, mendengarkan musik atau melihat buku untuk membantu menenangkan diri mereka.

- Zona warna

Menamakan emosi sebagai warna seperti biru untuk bosan, hijau untuk tenang, kuning untuk cemas atau gelisah, merah untuk meledak, dapat membantu anak memahami kondisi emosinya secara lebih baik dan merespons dengan benar.

- Tawarkan perilaku pengganti

Membantu anak-anak untuk menemukan pola perilaku yang lebih aman, seperti memukul bantal dibandingkan saudara kandung, kemudian secara jelas menyatakan kebutuhan mereka, tentu dapat menyelesaikan beberapa masalah komunikasi serta menyelesaikan konflik.

Semua solusi ini, kata Radesky, membantu anak-anak memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik, dan merasa lebih kompeten dalam mengelola perasaan mereka.

"Sebaliknya, menggunakan distraktor seperti perangkat seluler tidak mengajarkan keterampilan, itu hanya mengalihkan perhatian anak dari apa yang mereka rasakan."

"Anak-anak yang tidak membangun keterampilan ini di masa kanak-kanak lebih cenderung berjuang saat mengelola stres," pungkas Radesky.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas