Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

WHO Resmi Keluarkan 'Diseases Outbreak News' tentang KLB Polio di Indonesia

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO resmi mengeluarkan “Diseases Outbreak News” tentang KLB Polio di Indonesia.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in WHO Resmi Keluarkan 'Diseases Outbreak News' tentang KLB Polio di Indonesia
Serambi Indonesia
Tim Muspika Jangka, Bireuen, Selasa (06/12/2022) melakukan imunisasi di SDN 11 Jangka Bireuen. Dalam Tiga Hari, Sebanyak 33 Ribu Anak Bireuen Sudah Diimuniasi Cegah Polio. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO resmi mengeluarkan “Diseases Outbreak News” tentang KLB Polio di Indonesia.

Diseases Outbreak News ini diberi judul “Circulating vaccine-derived poliovirus type 2 (cVDPV2) – Indonesia”.

Di dalamnya, dituliskan secara rinci apa yang terjadi di Pidie Aceh.

Baca juga: IDAI Ungkap Beberapa Alasan Orang Tua di Kabupaten Pidie Aceh Enggan Imunisasi Polio Anaknya

Serta, tindakan apa yang sudah dilakukan sejauh ini.

"Keadaan dinyatakan sudah bersirkulasi di masyarakat, makanya ada “c” di depan VDVP2 yaitu virus penyebab KLB ini," ungkap Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama pada keterangan resmi, Rabu (21/12/2022).

Menurut Prof Tjandra, ada dua alasan kenapa disebut sudah bersirkulasi dan menular di masyarakat.

Berita Rekomendasi

Pertama karena ada beberapa kasus yang sample yang diperiksa ternyata saling berhubungan secara genetik (“genetically related isolates”).

Kedua, ternyata hasil dari laboratorium sekuensing dari Biofarma menunjukkan perubahan 25 nukloetida untuk pasien dengan kasus lumpuh layu (“AFP - acute flaccid paralysis”).

Serta adanya perubahan nukleotida 25 dan 26 26 pada kasus yang tidak bergejala atau asimtomatik.

Baca juga: 33 Ribu Anak Bireuen Sudah Diimuniasi Cegah Polio Dalam Tiga Hari

Di sisi lain, Prof Tjandra menyebutkan Polio perlu segera ditindak lanjuti, setidaknya melalui diplomasi kesehatan internasional.

Sesuai adalah anjuran WHO yang tertulis dalam “WHO advice” di dalam dokumen tersebut.

Berdasarkan rekomendasi dalam pernyataan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), ada dua langkah yang perlu dilakukan.

Pertama, menyatakan KLB nya sebagai masalah kegawatan kesehatan nasional, “national public health emergency”.

Tim medis dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang bersama Kader Posyandu Wijaya Kusuma RW 06 Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, memberikan layanan kesehatan pada pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Senin (1/8/2022). Pemkot Tangerang,  mulai mencanangkan program BIAN secara bertahap selama satu bulan dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat agar anak mereka sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya, selain itu untuk mengejar cakupan imunisasi yang menurun signifikan akibat pandemi serta ada pemberian imunisasi tambahan seperti campak, rubela dan melengkapi dosis imunisasi polio,  DPT- HB- Hib,  yang terlewat. Warta Kota/Nur Ichsan
Tim medis dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang bersama Kader Posyandu Wijaya Kusuma RW 06 Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, memberikan layanan kesehatan pada pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Senin (1/8/2022). Pemkot Tangerang, mulai mencanangkan program BIAN secara bertahap selama satu bulan dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat agar anak mereka sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya, selain itu untuk mengejar cakupan imunisasi yang menurun signifikan akibat pandemi serta ada pemberian imunisasi tambahan seperti campak, rubela dan melengkapi dosis imunisasi polio, DPT- HB- Hib, yang terlewat. Warta Kota/Nur Ichsan (Warta Kota/Nur Ichsan)

Kedua, menganjurkan penduduk kita dan orang asing yang lama tinggal di daerah tersebut untuk mendapatkan vaksin polio injeksi (“IPV”) 4 minggu sampai 12 bulan sebelum bepergian ke luar negeri.

"Ke dua hal ini tentu punya dampak amat luas kalau memang akan diberlakukan, karena itu sejak sekarang harus dicari jalan keluar terbaiknya," papar Prof Tjandra lagi.

Prof Tjandra pun mengingatkan berbagai kemungkinan dampaknya perlu diantisipasi.

Serta, potensi yang merugikan perlu dicegah agar jangan sampai terjadi.

"Artinya penanganan epidemiologik di lapangan perlu berjalan bersama diplomasi kesehatan internasional," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas