Istilahnya Tak Dikenal dalam Medis Tapi Populer, Ini Perbedaan Diabetes Basah dan Diabetes Kering
diabetes basah dan diabetes kering merupakan istilah yang sering terdengar di tengah masyarakat. Diabetes basah lebih berbahaya dari diabetes kering.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istilah diabetes basah dengan diabetes kering sering terdengar di tengah masyarakat kita.
Bahkan ada yang mengatakan diabetes basah lebih berbahaya dari diabetes kering.
Lantas apa perbedaan gila diabetes kering dengan yang basah?
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Jantung Binawaluya dr Ni Nengah Aryanti, Sp. PD pun memberikan tanggapan.
"Jadi ini juga sering ditanyakan tentang diabetes kering dan basah. Tapi sebenarnya istilah itu tidak ada di dunia medis," ungkapnya dalam acara Health Talk Liburan Sehat Untuk Penderita Diabetes di Hotel Aston Jakarta (23/12/2022).
Baca juga: 8 Manfaat Brokoli untuk Kesehatan: Dapat Mendetoksifikasi Tubuh hingga Bantu Pengobatan Diabetes
Di dalam dunia medis, hanya mengenal empat jenis diabetes.
Yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes tipe 3 dan diabetes gestasional (karena kehamilan).
Diabetes kering, yakni penderita diabetes yang sulit sembuh total. Namun, luka yang tidak sampai bernanah menandakan penderita diabetes mampu mengontrol gula darah dalam tubuh dengan baik.
Sedangkan, diabetes basah yang sering dipersepsikan masyarakat adalah diabetes dengan gula tidak terkontrol dan terdapat komplikasi luka.
"Jadi diabetes basah biasanya identik dengan pasien diabetes komplikasi luka. Kalau kering, belum tentu berkomplikasi," paparnya lagi.
Baca juga: Mengapa Penderita Diabetes Perlu Disiplin Olahraga? Begini Penjelasannya
Karena memang pada saat gula tidak terkontrol dan mengalami luka, maka akan susah untuk menyembuhkannya.
"Kenapa bisa terjadi luka pada pasien diabetes? Pada pasien yang gula darah di atas 200, gula dia tidak hanya di dalam darah tapi juga menggerogoti persyaratan," papar dr Aryanti.
Syaraf yang paling sering terkena adalah di kaki.

Awalnya kaki akan mengalami mati rasa dan kesemutan.
"Kaki itu paling sering diinjak ke bawah, akibatnya kebas, kita tidak tahu menginjak sesuatu tidak terasa. Kerasa setelah luka atau sudah berbau borok," kata dr Aryanti menambahkan.
Gula yang tidak terkontrol tadi dapat memperparah luka dan bahkan bisa menembus hingga kulit.
Akibatnya, dapat berujung pada operasi hingga amputasi. Karena luka tersebut telah membuat infeksi makin parah dan jaringan kulit menjadi mati.
"Jelas lah kalau disuruh milih lebih baik diabetes tidak berkomplikasi. Diabetes kering pun bisa menjadi basah kalau gula darah tidak terkontrol, terjadi luka, susah sembuh," pungkasnya.