Mana yang Lebih Berbahaya Nikotin atau TAR? Ini kata Peneliti
Nikotin dan TAR adalah dua bahan kimia dalam rokok yang masih sering disalahpahami tentang dampaknya bagi perokok.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Menurut data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker paru-paru, emfisema, atau masalah paru-paru lainnya.
Dari sekitar 7 ribu bahan kimia yang ada di dalam asap rokok, 2 ribu di antaranya terdapat pada TAR.
Tak hanya itu, TAR juga bisa menumpuk pada gigi dan menyebabkan warnanya berubah kekuningan atau kecokelatan karena menempel pada lapisan terluar gigi (email).
Seiring waktu, gigi akan mengalami kerusakan jika tidak dirawat dengan baik.
Sementara itu, ahli Toksikologi dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) Shoim Hidayat menambahkan nikotin selama ini dianggap sebagai sumber masalah kesehatan pada rokok ketimbang TAR.
Padahal, faktanya TAR yang merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat konsumsi rokok.
“Jadi, nikotin sama sekali bukan karsinogen. Bahan-bahan karsinogen adanya di dalam TAR,” tegasnya.
Baca juga: Kasus Liquid Narkoba, APVI: Mengancam Keberlangsungan Industri Vape Legal
Sebagai langkah antisipatif, Shoim menyarankan perokok dewasa untuk berhenti merokok agar mengurangi paparan TAR.
Jika sulit, perokok dewasa dapat beralih ke produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Produk tersebut menerapkan sistem pemanasan sehingga menghasilkan uap air (aerosol). Oleh karena itu, profil risikonya jauh lebih rendah daripada rokok.
“Potensi untuk terjadinya penyakit akibat bahan kimia sangat ditentukan oleh kadarnya. Kalau sangat besar maka berpotensi menimbulkan penyakit. Jadi, kalau yang masuk itu kecil, ya potensinya kecil,” pungkas Shoim.