Bahaya Diffuse Axonal Injury, Cedera Otak karena Robekan Serabut Saraf Akson
Bahaya Diffuse Axonal Injury, cedera otak karena robekan akson akibat otak bergeser di dalam tengkorak setelah terjadi sentakan yang kuat.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Diffuse axonal injury adalah cedera aksonal difus karena robekan serabut saraf penghubung panjang otak (akson).
Diffuse axonal injury terjadi saat otak bergeser dan berputar di dalam tulang tengkorak karena serangan atau sentakan yang kuat, misalnya saat kecelakaan.
Bahaya Diffuse axonal injury dapat mengakibatkan koma dan cedera pada berbagai bagian otak, dikutip dari Hopkins Medicine.
Gejala Diffuse axonal injury, termasuk kebingungan, sakit kepala, mual atau muntah, kelelahan, kesulitan tidur, hingga kehilangan keseimbangan atau pusing.
Metode penyembuhan ini bervariasi, di antaranya terapi berbicara, terapi fisik, terapi rekreasi, pekerjaan yang berhubungan dengan terapi, pelatihan peralatan adaptif, dan penyuluhan, dikutip dari Healthline.
Pada kasus cedera otak ringan masih bisa sembuh, namun pada kasus cedera otak parah dapat mengakibatkan cacat permanen.
Baca juga: Kasus Penganiayaan oleh Mario Dandy, Pihak Keluarga David Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK
Efek Cedera Otak
Berikut ini efek cedera otak yang mungkin terjadi, dikutip dari Hopkins Medicine.
Pasien cedera otak mungkin dapat menderita beberapa efek dari daftar di bawah ini:
1. Defisit Kognitif
- Koma;
- Kebingungan;
- Rentang perhatian yang singkat;
- Masalah memori dan amnesia;
- Defisit pemecahan masalah;
- Masalah dengan penilaian;
- Ketidakmampuan untuk memahami konsep abstrak;
- Kehilangan rasa ruang dan waktu;
- Penurunan kesadaran diri dan orang lain;
- Ketidakmampuan untuk menerima lebih dari satu atau dua langkah perintah pada waktu yang sama.
Baca juga: Beda Ekspresi Mario Dandy & Shane saat Dihadirkan Polisi Disorot: Satu Mendongak, Lainnya Menunduk
2. Defisit Motorik
- Kelumpuhan atau kelemahan;
- Spastisitas (pengencangan dan pemendekan otot);
- Keseimbangan yang buruk;
- Daya tahan menurun;
- Ketidakmampuan untuk merencanakan gerakan motorik;
- Keterlambatan dalam memulai;
- Tremor;
- Masalah menelan;
- Koordinasi yang buruk;
3. Defisit Persepsi atau Sensorik
- Perubahan pendengaran, penglihatan, rasa, bau, dan sentuhan;
- Kehilangan sensasi atau peningkatan sensasi bagian tubuh;
- Pengabaian sisi kiri atau kanan;
- Kesulitan memahami posisi anggota tubuh dalam hubungannya dengan tubuh;
- Masalah penglihatan.
Baca juga: Mario Dandy di DO dan Jabatan Rafael Alun Dicopot, Buntut Aniaya Anak Petinggi GP Ansor hingga Koma
4. Defisit Komunikasi dan Bahasa
- Kesulitan berbicara dan memahami ucapan (afasia);
- Kesulitan memilih kata yang tepat untuk diucapkan (afasia);
- Kesulitan membaca (aleksia) atau menulis (agraphia);
- Kesulitan mengetahui cara melakukan tindakan tertentu yang sangat umum, seperti menyikat gigi;
- Bicara lambat, ragu-ragu dan penurunan kosa kata;
- Kesulitan membentuk kalimat yang masuk akal;
- Masalah mengidentifikasi objek dan fungsinya;
- Masalah dengan membaca, menulis, dan kemampuan bekerja dengan angka.
5. Defisit Fungsional
- Gangguan kemampuan dengan aktivitas hidup sehari-hari (ADL), seperti berpakaian, mandi, dan makan;
- Masalah dengan pengaturan, belanja, atau pembayaran tagihan;
- Ketidakmampuan untuk mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin;
- Kapasitas sosial yang terganggu mengakibatkan hubungan interpersonal yang sulit;
- Kesulitan dalam membuat dan mempertahankan teman;
- Kesulitan memahami dan menanggapi nuansa interaksi sosial.
6. Gangguan Regulasi
- Kelelahan;
- Perubahan pola tidur dan kebiasaan makan;
- Pusing;
- Sakit kepala;
- Kehilangan kontrol usus dan kandung kemih;
- Perubahan kepribadian atau kejiwaan, apatis;
- Menurunnya motivasi;
- Labilitas emosional;
- Sifat lekas marah;
- Kecemasan dan depresi;
- Disinhibition, seperti kemarahan, agresi, kutukan, penurunan toleransi frustrasi, dan perilaku seksual yang tidak pantas.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Cedera Otak