Ancaman DBD Mengintai, Edukasi Bahaya Penyakit Ini Bisa Dimulai dari Kader Jumantik
Dikenal sebagai negara beriklim tropis, Indonesia kerap menghadapi masalah kesehatan seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menyebabkan infeksi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dikenal sebagai negara beriklim tropis, Indonesia kerap menghadapi masalah kesehatan seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan Infeksi Virus Dengue (DENV).
Hingga saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami penyakit ini.
Sehingga tentunya diperlukan kecepatan dan ketepatan damalm mendeteksi DENV.
Hal itu penting agar penanganan terhadap infeksi dengue ini bisa segera dilakukan.
Saat ini, di tengah cuaca yang tidak menentu, masyarakat diharapkan mewaspadai berbagai macam potensi penyakit, terutama DBD.
Karena jika tidak ditangani secara benar, maka DBD dapat mengakibatkan beberapa risiko kesehatan, mulai dari perdarahan internal, kerusakan organ hingga kematian.
Berdasar pada data yang dilansir oleh European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), Indonesia menempati peringkat nomor 1 di dunia dengan kasus kematian terbanyak akibat DBD pada 2022.
Menurut Kementerian Kesehatan, kasus kematian akibat penyakit ini didominasi kelompok anak-anak dengan rentang usia 0 hingg 14 tahun.
Oleh karena itu, masyarakat diminta mewaspadai berbagai bahaya dan komplikasi yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini.
PT Godrej Consumer Products Indonesia melalui HIT berupaya untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan 'Indonesia Bebas DBD'.
Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, HIT menginisiasi program pelatihan terhadap 100 Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada 5 kecamatan di Kabupaten Bogor, yakni Puskesmas Ciawi, Kantor Desa Tonjong, Kantor Desa Pasir Angin, Puskesmas Ciseeng dan Puskesmas Rumpin.
Group Category Head Godrej Indonesia, Erwin Cahaya Adi mengatakan bahwa program ini sejalan dengan inisiatif Good and Green yang diterapkan oleh Godrej secara global sebagai perusahaan produk perawatan rumah tangga, satu di antaranya obat nyamuk.
"Selain dengan melakukan tindakan preventif dari munculnya jentik-jentik nyamuk, masyarakat juga perlu untuk membasmi nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab utama dari penyebaran DBD," kata Erwin, dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (6/4/2023).
Baca juga: Nyamuk yang Hisap Darah Orang Terinfeksi DBD Bisa Tularkan kepada Orang Lain
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Bogor, dr. Intan Widayati, MA., mengatakan bahwa program ini sangat membantu menambah literasi para kader Jumantik terkait upaya pencegahan terhadap penyakit ini.
"Kegiatan pelatihan kader Jumantik yang diprakarsai HIT bersama Dinkes Kabupaten Bogor ini secara langsung telah membantu program pemerintah Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) untuk menekan kasus demam berdarah yang cenderung meningkat, terutama di musim pancaroba," tegas dr. Intan.
Para kader Jumantik yang telah dilatih, kata dia, diharapkan dapat menyebarluaskan informasi terkait pencegahan demam berdarah ini kepada masyarakat secara luas.
"Dan secara rutin berkala melakukan pemantauan jentik di warganya, sehingga kasus demam berdarah dapat ditekan," kata dr. Intan.
Dalam program ini, ibu-ibu kader Jumantik dilatih untuk tidak hanya memantau keberadaan dan perkembangan jentik nyamuk saja.
Namun juga memberikan edukasi kepada masyarakat luas mengenai bahaya dan cara pencegahan DBD melalui 3M Plus, yakni menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat semua tempat penyimpanan air, memanfaatkan limbah barang bekas yang bernilai ekonomis melalui daur ulang, serta PLUS yakni mencegah gigitan dan perkembangan nyamuk.