Paparan BPA Diduga Jadi Salah Satu Penyebab Kanker Payudara, Berikut Penjelasan Peneliti
jumlah kematian akibat kanker payudara tersebut mencapai lebih dari 22.000 jiwa kasus dan menjadi salah satu penyumbang kematian tertinggi
Penulis: Fransisca Andeska
Editor: Anniza Kemala
TRIBUNNEWS.COM - Hingga saat ini, kanker payudara masih menjadi salah satu penyakit yang mengancam perempuan. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 2,3 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia pada tahun 2020. Tingginya angka tersebut menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling umum diderita oleh perempuan di seluruh dunia.
Perempuan Indonesia pun tak luput dari bahaya penyakit ini. Mengutip Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI), kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia. Tak hanya itu, kanker payudara juga menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.
Melansir data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara diketahui mencapai 68.858 kasus atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Elvida Sariwati mengatakan, jumlah kematian akibat kanker payudara tersebut mencapai lebih dari 22.000 jiwa kasus dan menjadi salah satu penyumbang kematian tertinggi akibat kanker.
“70 persen terdeteksi sudah memasuki tahap lanjut. Kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal, mungkin kematiannya bisa ditanggulangi,” ujar Elvida.
Selain angka kematian yang cukup tinggi, lanjut Elvida, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak.
“Pada periode 2019-2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS yang luar biasa fantastis, yakni mencapai kurang lebih Rp 7,6 triliun,” ungkapnya.
Paparan BPA bisa sebabkan kanker payudara
Terdapat berbagai hal yang dapat menyebabkan kanker payudara. Penyakit ini sering kali dikaitkan dengan faktor risiko mulai dari faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat, hingga faktor genetik.
Beberapa risiko yang disebabkan oleh faktor lingkungan meliputi polusi udara, radiasi, dan paparan zat kimia yang disebabkan pestisida dan bahan kimia industri.
Terbaru, hasil riset kesehatan dunia menunjukkan bahwa paparan senyawa kimia berbahaya yang berasal dari kemasan plastik polikarbonat, yaitu Bisphenol A (BPA), juga dapat memicu kanker payudara.
Dalam sebuah penelitian berjudul “Bisphenol A Exposure and Breast Cancer Risk: A Meta-Analysis” yang dipublikasikan di Jurnal Environmental Research pada tahun 2020, peneliti dari Zhejiang University China melakukan sebuah meta analisis yang bertujuan untuk mengevaluasi risiko kanker payudara terkait paparan BPA.
Hasilnya, berdasarkan data dari 28 studi epidemiologi, ditemukan bahwa paparan BPA memang memiliki kaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara pada perempuan.
“Secara keseluruhan, meta analisis kami menunjukkan bahwa paparan BPA secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara pada perempuan. Asosiasi positif ini lebih signifikan pada perempuan pascamenopause yang mendukung gagasan bahwa paparan BPA dalam jangka panjang dan akumulatif mungkin menjadi periode yang lebih kritis untuk perkembangan kanker payudara,” jelas tim peneliti Zhejiang dalam jurnal tersebut.
Hal serupa dikemukakan dalam penelitian lain yang berjudul “Bisphenol A Induces a Profile of Tumor Aggressiveness in High-Risk Cells from Breast Cancer Patients”. Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal American Association for Cancer Research (AACR) tersebut, dikatakan bahwa paparan BPA dapat memicu sel kanker payudara.
Bahkan studi tersebut juga menunjukkan bahwa paparan tanpa sengaja terhadap bahan kimia di lingkungan bisa meningkatkan risiko kanker dan serta memicu kemungkinan bagi tumor untuk tumbuh kembali.
Pernyataan ini makin didukung dengan penelitian baru yang mengambil sampel jaringan payudara yang berisiko tinggi dari pasien kanker payudara menggunakan metode jarum halus.
Dalam sampel tersebut, peneliti berusaha untuk menemukan perubahan spesifik pada molekul dalam jaringan payudara yang disebabkan oleh bahan kimia, seperti BPA yang dikenal sebagai xenoestrogen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek dari BPA lebih sering terlihat pada tumor payudara yang memiliki derajat histologis tinggi dan ukuran tumor besar. Bahkan, hal ini dapat memengaruhi kelangsungan hidup pasien yang mengalami kanker payudara.
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa paparan bahan kimia pengganggu endokrin dapat berperan dalam memicu kanker payudara dan membuatnya sulit untuk disembuhkan.
Bahaya paparan BPA pada air minum dalam kemasan
Bahaya paparan BPA cukup sering ditemukan pada kemasan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari, termasuk juga air minum dalam kemasan (AMDK) yang menggunakan galon polikarbonat.
Guru Besar Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Prof. Dr. Andri Cahyo Kumoro mengatakan, kemungkinan terjadinya migrasi BPA dari kemasan ke dalam air paling banyak terjadi di kota besar.
Salah satu contohnya terjadi pada galon bekas pakai, yang frekuensi peredarannya di kota-kota besar jauh lebih tinggi dibanding daerah di luar perkotaan. Lebih lanjut, kontaminasi senyawa BPA ini dapat terjadi apabila ada pemanasan dan gesekan.
“Di kota besar, siklusnya lebih cepat terjadi. Bahkan di depo-depo isi ulang di beberapa daerah menunjukkan pembersihan galon polikarbonat dilakukan dengan cara tradisional. Mereka beranggapan yang penting cepat dan memilih untuk tidak menggunakan sikat yang lembut, sehingga kemungkinan kecil terjadinya pelecutan (migrasi) BPA,” ujar Prof. Andri.
Dalam kategori plastik, lanjut Prof. Andri, plastik polikarbonat yang mengandung BPA dikenal memiliki nomor kode plastik “7” yang secara umum dikategorikan berisiko.
Yang juga menjadi permasalahan, masih banyak masyarakat yang belum paham dengan kode-kode di dalam kemasan plastik. Oleh karena itu, disarankan agar kemasan mengandung BPA diberikan label agar tidak dikonsumsi oleh bayi, balita, dan janin pada ibu hamil.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.