Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Usia Penderita Kanker Paru-paru di Indonesia 10 Tahun Lebih Muda Dibanding di Luar Negeri

Dilihat dari data di luar negeri, penderita kanker paru-paru umurnya 68. Data di Indonesia, 10 tahun lebih muda dari itu.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Usia Penderita Kanker Paru-paru di Indonesia 10 Tahun Lebih Muda Dibanding di Luar Negeri
Alighahary
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rata-rata usia pengidap kanker paru-paru di Indonesia 10 tahun lebih muda dibandingkan di luar negeri. 

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D., Sp.P. (K) 

"Usia kanker paru di Indonesia lebih muda. Iya betul. Kalau kita lihat data di luar negeri, kanker paru itu umurnya 68. Data di Indonesia, 10 tahun lebih muda," ungkapnya dalam acara media brief Inovasi Pengobatan Kanker Paru melalui JKN di Jakarta, Rabu (31/5/2023).

Di Indonesia, usia tengah dari penderita kanker yaitu 58 tahun. Lebih lanjut dr Sita pun menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi. 

Ia menyebutkan usia perokok di Indonesia lebih muda dibandingkan luar negeri. Rokok sendiri menjadi salah satu pencetus terbesar munculnya kanker paru-paru. 

Kedua, kurangnya kewaspadaan terhadap kanker paru-paru. 

Baca juga: Layanan Radioterapi untuk Pasien Kanker Kini Tersedia di Tangerang

Berita Rekomendasi

"Kanker paru-paru awareness (baru) meningkat karena Covid-19," tuturnya.

Lebih lanjut, ia pun memberikan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker

Pertama, hindari faktor risiko penyebab kanker paru, salah satunya yaitu merokok.

Kedua adalah lakukan scanning dan deteksi dini. Scanning dilakukan sebelum gejala muncul pada orang yang berisiko tinggi.

Sedangkan deteksi dini kalau munculnya gejala. 

"Apa gejalanya? Ada empat yaitu batuk, batuk darah, nyeri dada dan sesak nafas. Itu gejala respirasi. Kalau sudah terasa seperti itu ya sudah. Yang penting pada orang risiko tinggi tetap scanning dan deteksi din," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas