Dampak Polusi Udara yang Semakin Buruk, Dokter: Hati-hati Risiko Stunting
Kualitas udara Jakarta yang semakin buruk bisa memicu risiko stunting pada anak.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kualitas udara Jakarta yang semakin buruk bisa memicu risiko stunting pada anak.
Hal ini disebabkan adanya komponen-komponen polusi udara yang bisa menimbulkan keluhan-keluhan jangka pendek hingga risiko penyakit infeksi berulang.
Baca juga: Industri dan Transportasi Penyebab Utama Polusi Udara di Jakarta
"Inilah yang memperbesar risiko balita terkena stunting di 1000 hari pertama kehidupannya," ujar Dokter Spesialis Anak dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A di Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Terlebih lagi, saat paparan polusi tinggi ini terjadi sejak bayi masih dalam kandungan.
Ia memaparkan, polusi udara dapat mengganggu fungsi paru, mempengaruhi perkembangan sistem saraf pusat, dan menurunkan daya tahan tubuh anak.
Kondisi ini berdampak pada kualitas hidup anak, kognisi, kemampuan belajar, dan kesehatan secara keseluruhan.
Baca juga: Soroti Risiko Polusi Udara, Anggota Komisi IX DPR RI Minta Pemerintah Siapkan Solusi Jangka Pendek
Dokter yang berpratik di Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta Selatan ini
melihat ada peningkatan kasus keluhan di saluran pernapasan anak, mulai dari batuk pilek ringan tanpa demam, sampai batuk yang lumayan parah sampai anaknya sesak.
"Kebanyakan dari kasusnya walaupun ringan tapi berlangsung dalam waktu yang lumayan lama, gak cuman satu dua hari, tapi bisa berminggu-minggu," ujar dr Denta.
Berikut beberapa dampak yang bisa terjadi akibat dari kualitas udara yang memburuk:
1. Gangguan pernapasan: Polusi udara dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan anak yang kemudian akan menimbulkan beberapa gejala seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
Anak-anak yang menderita asma atau alergi pernapasan juga dapat mengalami peningkatan kekerapan kambuhnya.
2. Masalah kesehatan jangka panjang: Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jangka panjang pada anak-anak, seperti asma, bronkitis kronis, gangguan fungsi paru-paru, dan penyakit kardiovaskular.
3. Gangguan perkembangan: Polusi udara dapat berdampak negatif pada perkembangan otak anak, yang dapat memengaruhi kemampuan kognitif, kecerdasan, dan fungsi neurologis secara umum.
4. Penurunan daya tahan tubuh: Paparan polusi udara dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh anak, membuat mereka rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya.
Karena itu, dokter yang juga berpratik di KIDI Pejaten ini membagikan tips untuk orangtua agar menjaga anak dari paparan polusi udara yang semakin buruk.
Pertama, Memperhatikan kebersihan lingkungan.
"Pastikan lingkungan tempat tinggal anak bersih dari polutan udara, seperti debu, asap rokok, dan bahan kimia berbahaya lainnya," urai dia.
Kedua, menjaga pola makan yang seimbang. Berikan anak makanan bergizi yang mengandung zat-zat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Konsumsi makanan kaya protein, vitamin, mineral, dan serat, serta perhatikan asupan zat besi yang cukup.
Ketiga, menjaga kebersihan diri.
Selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan atau setelah beraktivitas di luar ruangan. Hindari kontak langsung dengan polutan yang ada di luar.
Keempat, mendukung imunitas anak.
Berikan makanan bergizi, ajak anak berolahraga secara teratur sesuai usia/kemampuan mereka, dan pastikan mereka cukup tidur.
"Ini dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak dan melindungi mereka dari efek negatif polusi udara. Lengkapi juga vaksinasi sesuai dengan rekomendasi IDAI," ungkap dokter Denta.
Kelima, mengurangi paparan polusi udara.
Batasi waktu anak di luar ruangan saat kondisi udara sangat buruk, dan pastikan mereka menggunakan masker yang sesuai jika perlu.