Obesitas Fajri Kasus Langka, Dokter RSCM: Kita Sedang Cari Sebabnya, Termasuk ke Arah Genetik
Kondisi obesitas yang dialami Muhammad Fajri (27) yang memiliki bobot nyaris 300 kg, menarik perhatian ahli medis.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi obesitas yang dialami pemuda bernama Muhammad Fajri (27) yang memiliki bobot tubuh mencapai nyaris 300 kg, menarik perhatian banyak pihak, termasuk ahli medis.
Pemuda asal kota Tangerang, Banten itu kini tengah dalam penanganan medis di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Endokrin Metabolik Diabetes di RSUPN RSCM Jakarta, dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.Pd-KEMD., PHD., mengatakan bahwa kondisi yang dialami Fajri merupakan kasus yang unik.
Ia menjelaskan bahwa tim kedokteran di RSCM akan melakukan evaluasi terkait penyebab obesitas yang dialami Fajri.
"Obesitas itu kan memang penumpukan dari lemak tubuh, kalau keseimbangan antara asupan dan pengeluarannya berlebih, maka akan disimpan."
"Karena ini kasusnya unik, kita lagi evaluasi penyebab apa terkait dengan metabolisme pasien tersebut," kata dr. Dicky, dalam 'Konferensi Pers: Penanganan Pasien Obesitas' dalam kanal YouTube RSCM, Rabu (14/6/2023).
dr. Dicky pun menuturkan bahwa dalam kasus obesitas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi ini, termasuk faktor genetik.
"Karena banyak faktor yang pengaruh, baik itu faktor genetik, itu bisa satu gen tertentu menyebabkan obesitas, maupun yang sifatnya poligenetik," jelas dr. Dicky.
Ia menekankan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi metabolisme pasien.
Satu di antaranya dalam pemeriksaan ditemukan ada gangguan fungsi tiroid pasien yang mungkin berkontribusi pula terhadap kejadian obesitas tersebut.
Baca juga: Fajri Pria Berbobot 300 Kg Sesak Napas dan Komplikasi, Dokter Sempat Kesulitan Beri Penanganan
Oleh karena itu, tim kedokteran RSCM sedang melakukan evaluasi ke arah genetik.
Karena faktor ini lebih banyak berperan dalam metabolisme dalam tubuh yang terkait dengan penumpukan lemak dan perilaku makan.
"Jadi kita sedang cari, karena ini kasusnya langka, termasuk ke arah genetik. Apakah ada gangguan genetik tertentu yang berkontribusi terhadap penumpukan massa lemak," papar dr. Dicky.
Penumpukan massa lemak ini, kata dia, tentu dapat memicu terjadinya gangguan fungsi organ dalam tubuh pasien.
Mulai dari terganggunya paru, fungsi jantung yang akhirnya bekerja lebih keras hingga terganggunya imunitas pasien.
Padahal imunitas ini yang berperan dalam melawan infeksi pada tubuh.
"Dan memang penumpukan massa lemak tadi berdampak ke gangguan fungsi organ, perkembangan parunya mungkin terganggu, jantungnya kerja lebih keras, dan juga pengaruh ke imunitas tubuh yang akan mengalami penurunan untuk melawan infeksi," pungkas dr. Dicky.