Studi: Pengobatan Jantung Koroner Lebih Efektif Pakai Bioadaptor Dibandingkan Stent Bersalut Obat
Berdasar hasil studi, Bioadaptor efektif menekan pertumbuhan volume plak secara signifikan dalam perangkat stent.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jantung adalah organ yang bekerja paling keras dalam tubuh manusia dan berperan jantung adalah memompa darah yang kaya oksigen ke setiap sel dalam tubuh.
Sedangkan pembuluh darah merupakan jaringan interkoneksi arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena yang menyediakan jalur di mana darah mengalir.
Dikutip dari laman Stanfordchildrens.org, Sabtu (24/6/2023), ada empat jenis penyakit pembuluh darah yang paling umum terjadi yakni tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung rematik, serta penyakit jantung koroner (CAD).
Pengobatan untuk CAD pun hingga saat ini masih menjadi tantangan tersendiri bagi dunia medis.
Namun kemunculan teknologi baru yang disebut prosedur Intervensi Non Bedah atau Percutaneous Coronary Intervention (PCI), terbukti memberikan keamanan jangka pendek bagi pasien.
Baca juga: Tak Terdeteksi pada Stadium Awal, Kenali Gejala Gagal Jantung yang Bisa Mengancam Nyawa
Dalam upaya meningkatkan hasil pengobatan jangka panjang bagi pasien, produsen perangkat medis dan farmasi yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS), Elixir Medical Corporation telah mengembangkan teknologi inovatif yang dikenal sebagai Bioadaptor.
Uji klinis berupa Bioadaptor Randomized Controlled Trials (RCT) pun dilakukan untuk menilai keamanan dan efektivitasnya.
Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) baru-baru ini menggelar seminar webinar bertajuk 'Restorasi Fungsi Pembuluh Darah Paska Pemasangan Ring' yang turut membahas mengenai bagaimana teknologi Bioadaptor mengembalikan fungsi pembuluh darah setelah prosedur pemasangan ring jantung (stent).
Peneliti utama RCT Bioadaptor Shigeru Saito, MD dari Rumah Sakit Umum Shonan Kamakura, Jepang mengatakan bahwa temuan studi yang dipresentasikan selama sesi hotline di EuroPCR 2023 di Paris Prancis pada bulan lalu menunjukkan terdapat potensi menjanjikan dari Bioadaptor ini.
Berdasar hasil studi, Bioadaptor efektif menekan pertumbuhan volume plak secara signifikan dalam perangkat stent.
Penurunan volume plak pada dinding arteri ini dapat mengurangi risiko penyumbatan atau serangan jantung berulang.
Sementara penggunaan stent bersalut obat konvensional justru menyebabkan penumpukan plak.
Studi ini melibatkan 445 pasien dari Jepang dan Eropa, serta membandingkan keamanan dan tingkat efikasi teknologi Bioadaptor dengan Resolute Onyx yang merupakan Stent DES terbaik.
"Temuan studi dipresentasikan selama sesi hotline di EuroPCR 2023 di Paris ini menyoroti 'potensi yang menjanjikan dari Bioadaptor pada kasus aterosklerosis koroner'," kata Shigeru, Jumat (23/6/2023).
William Wijns, MD dari Lambe Institute for Translational Medicine and CÚRAM, Galway, Irlandia menyebut temuan ini melengkapi inovasi di dunia medis.
"Menurut saya inovasi ini sangat luar biasa," jelas Wijns.
Baca juga: Penyakit Jantung Jadi Penyebab Kematian Jemaah Haji Terbanyak
Kardiolog Intervensi dari Rumah Sakit Medistra Jakarta, Prof. Dr. dr. Teguh Santoso mengakui bahwa dunia medis membutuhkan perangkat yang mampu bergerak dinamis mengikuti alur secara radial.
"Sesungguhnya yang kita butuhkan adalah perangkat yang dapat bergerak dinamis mengikuti alur secara radial. Siapa bilang kita membutuhkan perangkat yang mengikuti alur pembuluh secara longitudinal," kata Prof. Teguh.
Temuan tersebut, kata dia, juga menunjukkan bagaimana Bioadaptor memiliki dampak positif untuk mengurangi volume plak dan meningkatkan kesehatan pembuluh darah secara keseluruhan.
"Mengapa saya memilih Bioadaptor? Karena 6 bulan setelah stenting, alat akan beradaptasi dan membiarkan pembuluh darah bergerak secara alami dan menurut saya hal ini sangat penting bagipemulihan pasien," papar Prof. Teguh.
Ahli Jantung Intervensi senior di Antwerp Cardiovascular Center, Antwerpen Belgia, DR Stefan Verheye, MD, PhD, mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan Bioadaptor memulihkan denyut pembuluh darah yang diukur dengan ultrasound dan dipertahankan ketika lumen pembuluh terbuka.
"Ini juga menunjukkan tingkat penyempitan pembuluh darah yang lebih rendah dan lebih sedikit kehilangan ukuran lumen dibandingkan dengan stent konvensional. Hasil positif ini diamati di berbagai jenis pembuluh darah dan lesi, termasuk pada pasien diabetes," jelas DR Verheye.
Temuan penting lainnya adalah stabilisasi dan regresi plak yang diamati menggunakan Bioadaptor.
Dalam analisis subkelompok, terungkap bahwa Bioadaptor menurunkan volume plak pasca pemasangan stent, sedangkan stent konvensional menyebabkan peningkatan plak.
Hal ini menunjukkan potensi sinergis antara pemulihan gerak dan fungsi pembuluh Bioadaptor dengan penggunaan obat penurun lipid.
Hasil ini senada dengan pendapat dari Lead Investigator Bioadaptor Shigeru Saito, MD saat hasil penelitian terbaru dari Bioadaptor ini diumumkan ke publik.
"Ketika saya melihat hasilnya, saya sangat terkejut sekaligus antusias," kata Shigerux mengacu pada perubahan volume plak.
Di sisi lain, dalam artikel TCTMD yang diterbitkan tepat setelah temuan diumumkan, Ajay J. Kirtane, MD, SM dari NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, New York, AS mengatakan bahwa perubahan volume plak yang diamati dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa restenosis in-stent tetap menjadi masalah klinis.
"Hampir 10 persen pasien yang datang ke lab kateter, datang untuk melakukan restenosis in-stent, itu tidak baik. Pasien memang mendapatkan hasil yang baik lebih awal tanpa masalah di tahun pertama, namun diikuti peningkatan kejadian kambuhnya penyakit," kata Kirtane.
Perwakilan Elixir Medical di Indonesia, Ati Sarawati menyampaikan bahwa teknologi inovatif ini kini ada di beberapa rumah sakit tanah air, meliputi RS Harapan Kita, RS Medistra, RS Pusat Pertamina, RS Kristen Bethsaida, RS Abdi Waluyo, RS Siloam Lippo Cikarang.
Lalu RS Siloam Lippo Village, RS Siloam MRCC, RS Siloam Kebun Jeruk, RS Bina Waluya, RS Mandaya, RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD).