70 Persen Pria Terlambat Sadari Kena Kanker Prostat, Lakukan Deteksi Dini Saat Usia 40 tahun
Sebanyak 70 persen pria yang terdiagnosa dengan kanker prostat baru mencari pengobatan medis ketika sudah terlambat.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Sebelumnya, selain pemeriksaan rektal digital dan klinis, kami merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai pilihan pertama yang non-invasif untuk skrining kanker prostat, namun PSA memiliki spesifisitas yang terbatas dalam mendeteksi kanker prostat yang menyebabkan biopsi yang tidak perlu untuk hasil positif palsu dari beberapa kasus tumor.
Melalui pemeriksaan Prostate Health Index ini, diharapkan dapat memberi angin segar kepada pasien dan juga kami sebagai dokter klinisi terutama pada pasien dengan hasil skrining PSA total berada di angka 4-10 ng/mL.”
Prof. Dr. dr. Tonny Loho, DMM, SpPK(K) dokter spesialis Patologi Klinik RS Grha Kedoya menjelaskan dari sisi laboratorium bahwa pemeriksaan Prostate Health Index tetap menggunakan hasil dari PSA Total, free PSA, dan satu isoform baru dari PSA, yaitu [-2]proPSA atau dikenal dengan p2PSA, dimana ketiganya dikombinasikan dalam suatu formula baru untuk menghasilkan skor tunggal yang dapat digunakan sebagai bantuan dalam penentuan keputusan klinis.
“Rumus dari PHI ini adalah ([-2]proPSA/freePSA)xPSA, pria dengan hasil PSA total dan p2PSA tinggi, serta hasil free PSA rendah akan cenderung memiliki risiko kanker prostat lebih besar”, tutur
Prof. Tonny.
“Pemeriksaan p2PSA tidak memerlukan persiapan pasien khusus namun sangat direkomendasikan dilakukan sebelum adanya manipulasi prostat seperti pemeriksaan rektal digital (digital rectal examination), pijat prostat, transrectal ultrasound (TRUS), biopsi prostat, dan juga biopsi jarum transrektal," katanya.
Hal ini dikarenakan, manipulasi prostat dapat menyebabkan peningkatan sementara dari kadar p2PSA, freePSA, dan PSA total.
Pasien membutuhkan periode tunggu 6 minggu sejak dilakukan manipulasi prostat sampai pengambilan sampel p2PSA. Sampel yang digunakan berupa darah serum dengan volume minimal 3.5 mL.”
Direktur RS Grha Kedoya, Dr. Henry Andrean, MHS (HA), MARS mengajak untuk bersama-sama perlu memahami dan meningkatkan kesadaran terhadap bahayanya kanker prostat, untuk suami, ayah, kakek, dan bahkan kelompok generasi muda.
Banyak kasus kanker prostat yang tidak bergejala, terutama selama stadium awal.
"Karena sulitnya deteksi dini berdasarkan gejala atau keluhan yang dialami. Penting bagi setiap pria untuk mengerti bahwa menemukan kanker prostat sedini mungkin, dapat secara signifikan membantu mereka mendapatkan pengobatan dan hasil yang lebih baik," katanya.
Prostat Health Index (PHI) sudah mendapat persetujuan FDA sejak tahun 2012, dan baru sekarang ini pemeriksaan PHI dapat langsung diperiksa di Indonesia hadir di RSGK tanpa harus mengirim sampel keluar negeri.
“PHI dapat menjadi pilihan bagi pasien, karena bersifat non-invasif dan memiliki spesifisitas lebih baik dalam mendeteksi adanya kanker prostat. Deteksi lebih dini dan lebih akurat membuat Tatalaksana pasien juga akan lebih terarah dan memberikan hasil yang lebih baik”, tutur dr. Henry.