Pengobatan Kanker Nasofaring Dibiayai JKN, Pasien Asal Pasaman Barat: Inovasi BPJS Semakin Bagus
Sabarendi Simbolon (40) menyampaikan bahwa saat ini ia masih menjalani perawatan kemoterapi di RSUP M Djamil Padang.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai program andalan bangsa yang sudah 55 tahun melayani masyarakat Indonesia, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk terus menjadi lembaga yang profesional dalam mengelola Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN ini menanggung berbagai macam penyakit, mulai dari penyakit berkategori ringan, sedang, hingga berat sekalipun. Salah seorang warga asal Kabupaten Pasaman Barat, Sabarendi Simbolon (40) sudah merasakan manfaat dari adanya JKN.
Pria yang saat ini sedang menjalani perawatan untuk penyakit kanker nasofaring mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah satu peserta JKN dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) yang sudah beberapa tahun memanfaatkan Program JKN. Ia sudah terdaftar sebagai peserta JKN selama dua tahun terakhir.
“Saya adalah seorang karyawan swasta, saya kerja di salah satu badan usaha di sekitar sini. Sebagai peserta JKN, saya tergolong sering menggunakan manfaat layanan JKN ini, apalagi semenjak beberapa bulan silam waktu saya didiagnosa penyakit kanker nasofaring stadium empat oleh dokter. Saya harus menjalani perawatan di rumah sakit mitra BPJS Kesehatan secara teratur untuk menjalani pengobatan,” tuturnya, Selasa (22/08).
Baca juga: Cukup Pakai KTP, Purwani Bisa Akses Layanan JKN yang Sat Set dan Anti Ribet
Rendi juga menyampaikan bahwa saat ini ia masih menjalani perawatan kemoterapi di RSUP M Djamil Padang. Menurut kesaksiannya, ia merasa selama menjalani perawatan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga rumah sakit, tidak pernah sedikit pun ia merasa dibedakan, baik menjalani perawatan rutin ataupun ketika harus meminta rujukan dari dokter tempat FKTP Rendi terdaftar.
“Kurang lebih sekitar tiga minggu sekali saya harus kontrol atau kemoterapi ke RSUP M. Djamil Padang untuk menjalani pemeriksaan kondisi saya. Meskipun begitu saya merasa tidak pernah dibedakan oleh fasilitas kesehatan. Ketika saya meminta untuk perpanjangan rujukan saya tetap dilayani ramah. Malah saya diperiksa sesuai dahulu di FKTP sesuai prosedur sebelum dirujuk balik,” ucap pria yang berdomisili di Nagari Sungai Aua, Kabupaten Pasaman Barat tersebut.
Sebagai kepala keluarga, ia sempat cemas dengan biaya yang harus ditanggungnya ketika menjalani pengobatan. Terlebih ia memiliki anak dan istri yang harus dinafkahi. Tapi beruntung, semua kecemasan yang dirasakannya saat itu tidak menjadi kenyataan karena biaya berobat yang dijalani Rendi hingga saat ini ditanggung oleh Program JKN tanpa terkecuali.
“Beruntung sekali saya bisa mengenal Program JKN ini. Semua pembiayaan saya dari berobat hingga dirawat inap di rumah sakit sekalipun sudah tidak perlu dipikirkan karena sudah dibawah tanggungan BPJS Kesehatan. Yang penting kita ikuti prosedurnya dengan benar,” ungkap Rendi.
Ia juga menyampaikan bahwa dirinya memuji kemudahan pelayanan administrasi yang berjalan saat ini. Rendi menerangkan bahwa selama berobat ia tidak pernah dimintai fotocopy berkas seperti yang disampaikan oleh sebagian masyarakat. Rendi berharap agar Program JKN ini lebih banyak lagi dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan.
“Saya hanya diminta untuk menunjukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang ada di KTP saja untuk berobat saat ini. Malah saya sampai ditawarkan oleh petugas untuk mengunduh Aplikasi Mobile JKN untuk mempermudah saya dalam mengecek ketersediaan tempat tidur di rumah sakit ataupun untuk hal lainnya. Makin ke sini saya lihat inovasi dari BPJS Kesehatan semakin bagus tentunya. Prinsip BPJS Kesehatan adalah gotong royong, jadi peserta yang sehat hakikatnya membantu yang sakit. Tentu ini menjadi landasan yang sangat bagus. Semoga semakin banyak lagi inovasi yang muncul dari BPJS Kesehatan,” ujarnya.
Baca juga: BPJS Kesehatan Menanggung Manfaat Medis Komprehensif Tanpa Diskriminasi