Perhompedin: Internist Diharapkan Bisa Bedakan Pasien Kanker Stadium Dini dan Lanjut
Deteksi dini kanker perlu dilakukan dalam skala yang luas pada masyarakat umum dan terlebih pada pasien dengan riwayat keganasan pada keluarga.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof. Dr. dr. Aru Wicaksono Sudoyo menyebut, penanganan dan pengobatan kanker sangatlah kompleks.
Hal ini menyebabkan ahli pengobatan kanker di negara maju menggunakan tim multidisiplin dalam pengelolaan kanker.
Baca juga: Anjuran Dokter untuk Cegah Kanker Ginjal
Ia menerangkan, adanya mutasi DNA yang diperberat dengan rendahnya fungsi imun menyebabkan penderita kanker sering ditemukan pada stadium lanjut.
Oleh karena itu deteksi dini perlu dilakukan dalam skala yang luas pada masyarakat umum dan terlebih pada pasien dengan riwayat keganasan pada keluarga.
"Selama ini orang yang datang ke dokter itu (pasien kanker), sudah ada di stadium empat," ujar dia dalam ROICAM "Sepuluh Tahun Meningkatkan Pengetahuan di Bidang Kanker" di Shangrilla Hotel Jakarta, Sabtu (23/9/2023).
Baca juga: Ada Potensi Kanker Ginjal Bisa Kambuh Usai Operasi, Ketahui Sebabnya
Kanker merupakan penyakit kompleks yang merupakan interaksi antara genetik, lingkungan dan menyebabkan disfungsi dari berbagai sistem organ.
Karena itu diharapkan internist (spesialis penyakit dalam) saat menemukan kecurigaan dalam deteksi dini dapat segara menegakkan diagnosis pasti kasus keganasan.
"Internist diharapkan dapat membedakan pasien kanker stadium dini dan lanjut untuk penentuan terapi selanjutnya," ungkap Prof Aru.
Pada pasien stadium dini dengan kondisi fisik yang baik dapat diarahkan untuk melakukan tindakan pembedahan yang dibutuhkan.
Sedangkan pada tumor ganas yang tidak dapat segera dilakukan pembedahan dapat diberikan terapi sistemik terlebih dahulu (kemoterapi, imunoterapi, dsb) untuk meningkatkan resektabilitas tumor tersebut dan mengurangi perdarahan yang timbul saat tindakan operasi.
Dengan demikian, diperlukan kolaborasi dokter spesialis penyakit dalam pada penanganan kanker
Ditambahkan dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Dharmais dr. Ronald A. Hukom, internist (Spesialis Penyakit Dalam) memegang peran esensial dalam mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker di Indonesia.
Data demografis yang dikeluarkan oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) menunjukkan terdapat 5.283 anggota PAPDI hingga 31 Desember 2022.
Saat ini, internis sudah menjangkau 39 propinsi dimulai dari Aceh (156 anggota), Kaltim dan Kaltara (100 anggota), Maluku (17 anggota), Papua Barat (21 anggota), hingga Tanah Papua (43 anggota) hingga akhir tahun 2022.
"Internis memegang peranan penting dalam penanganan kanker secara multidisiplin," ungkap dia.
Dalam penanganan kanker seyogyanya terdiri dari Spesialis Patologi Anatomi, Spesialis Radiologi, Spesialis Bedah, Perawat yang berkompetensi di bidang Onkologi, Onkologi medis (medical oncology), administrator dan koordinator MDT.
Pelayanan kanker secara MDT diharapkan dapat meningkatkan harapan hidup pasien.
Tingginya kasus kanker di seluruh dunia menuntut perhatian yang serius.
Data Globocan (the Global Cancer Observatory) tahun 2020 menunjukkan terdapat 19,3 juta kasus kanker dan 10 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia.
Berdasarkan data ini, diperkirakan 1 dari 5 penduduk dunia mengalami kanker dengan angka kematian akibat kanker mencapai 1 diantara 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan
Menyadari tingginya beban kesehatan negara akibat tatalaksana penyakit kanker, Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Provinsi DKI Jakarta(PERHOMPEDIN Jaya) berinisiatif menyelenggarakan The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) yang diadakan sejak tahun 2012.
Penyelenggaraan ROICAM 10 dimulai dengan workshop dengan berbagai topik yang meliputi Nutrisi pada Pasien dengan Kanker, Tatalaksana Trombosis pada Kanker, Manajemen Infeksi pada Kanker dan Persiapan serta Penanggulangan Efek Samping akibat Kemoterapi.