Waspadai Efek Penggunaan Gadget Berlebihan: Tangan dan Kaki Kesemutan Pundak Berat, Leher Sakit
Ada dua faktor yang berdampak buruk dalam penggunaan gadget, yakni posisi dan durasi
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA- Dokter spesialis saraf Prof. Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) memperingatkan bahaya dan risiko menggunakan gadget berlebihan terhadap kesehatan seseorang.
"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar," ungkapnya di depan ratusan santri Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Islamic Center, Yogyakarta, Sabtu (4/11/2023).
Prof Ridha menjelaskan, gejala-gejala tersebut biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. "Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ujarnya.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ini menerangkan, ada dua faktor yang berdampak buruk dalam penggunaan gadget, yakni posisi dan durasi.
Baca juga: Road Show Gerakan Gadget Sehat, Guru Punya Peran Strategis Selamatkan Bonus Demografi
Menurut Prof Ridha, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebih, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.
Sebagai dokter ahli bedah saraf, Prof Ridha mengaku banyak menemukan fenomena itu sejak pandemi Covid-19 2020 silam. Berangkat dari kekhawatiran itulah alasan GGSI hadir di Indonesia yang diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.
"Kita merasa khawatir generasi muda kita ke depan akan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," ujarnya.
Jika kondisi itu menimpa generasi muda, maka yang terjadi adalah kelumpuhan.
"Ini horor ananda sekalian. Jika saraf sudah mati maka yang terjadi adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss dan seksual bagi lelaki hilang," ujarnya.
"Tidak ada lagi obat yang bisa menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.
Padahal, sambung Prof Ridha, Indonesia saat ini mengalami situasi bonus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif.
Jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan membiarkan perilaku penggunaan gadget yang salah terus menerus, maka menurut Prof Ridha, bonus demografi yang dinantikan justru akan menjadi bencana demografi dengan melahirkan generasi cacat.
"Tentu saja cita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," ungkapnya.