Apa Itu ADHD? Berikut Penyebab, Gejala hingga Terapi yang Bisa Dilakukan
Inilah pengertian, penyebab, gejala hingga terapi yang bisa dilakukan untuk mengendalikan Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan terkait apa itu Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD.
Dikutip dari laman Siloam Hospitals, ADHD merupakan gangguan mental yang menyebabkan seseorang sulit untuk memfokuskan perhatiannya pada suatu hal.
Ini adalah jenis gangguan mental yang kerap kali terjadi pada anak-anak.
Tak jarang gangguan ADHD dapat bertahan hingga anak beranjak dewasa.
Baca juga: Gejala ADHD pada Anak dan Orang Dewasa: Sulit Fokus hingga Sering Melamun
Biasanya, tanda seseorang mengalami ADHD adalah sulit fokus atau memusatkan perhatian, impulsif, serta hiperaktif.
Gejala ADHD
Gejala ADHD dapat dibedakan berdasarkan kelompoknya.
Melansir kemkes.go.id, terdapat 3 karakteristik utama atau gejala ADHD pada anak yang biasa ditemukan (Stahl, 2009), yakni:
1. Inatensi
- Kesulitan mempertahankan fokus
- Gagal fokus pada hal detail
- Terlihat tidak mendengarkan
- Kesulitan mengikuti instruksi
- Kesulitan mengorganisasi
- Sering kehilangan barang
2. Hiperaktif
- Gelisah
- Tidak bisa duduk diam
- Tidak bisa antre
- Lari atau memanjat tak terkendali
- Bergerak tanpa kendali
- Banyak bicara
3. Impulsif
- Kesulitan menunggu giliran
- Menjawab impulsif tanpa menunggu selesai
- Memotong pembicaraan orang lain
Gejala ADHD yang tampak pada seorang anak, biasanya akan muncul sebelum usia 7 atau 12 tahun.
Penyebab ADHD
Hingga kini, penyebab ADHD belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan informasi di laman Siloam Hospitals, ada beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya ADHD.
Adapun faktor risiko dari ADHD adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik
2. Cedera otak
3. Kelahiran prematur
4. Berat badan bayi baru lahir yang rendah
5. Paparan zat kimia, seperti timah, ketika sang ibu dalam masa kehamilan
6. Kebiasaan merokok serta mengonsumsi alkohol berlebih ketika sang ibu dalam masa kehamilan
7. Kurangnya perhatian orang tua
Baca juga: Waspadai Risiko Gangguan Kesehatan Akibat Penggunaan Gadget yang Tidak Tepat
Terapi pada Anak dengan Gangguan ADHD
Masih mengutip laman kemkes.go.id, adapun pilihan terapi yang bisa dilakukan untuk mengendalikan ADHD pada anak, diantaranya sebagai berikut:
1. Terapi Farmakologi (Terapi Pengobatan) dengan menggunakan obat stimulan methylphenidate dan amphetamine sulphate dan obat non stimulan seperti atomoxetine.
2. Terapi Non Farmakologi (Terapi Non Pengobatan) dengan neurofeedback, yaitu terapi kognitif dan perilaku untuk melatih fungsi otak.
Selain itu, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan dalam menangani anak dengan ADHD di rumah:
1. Memberikan instruksi yang jelas.
Berikan instruksi yang sederhana, langsung, dan spesifik.
Jika perlu, gunakan panduan visual atau daftar tugas yang jelas untuk membantu anak memahami dan mengingat tugas yang harus dilakukan.
2. Mengatur waktu untuk berolahraga dan kegiatan fisik.
3. Usahakan konsumsi makanan sehat dan pola tidur yang teratur.
4. Berikan dukungan dan sering-sering berkomunikasi dengan anak.
5. Berikan pujian dan penghargaan untuk memperkuat motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri anak.
6. Menggunakan strategi belajar yang efektif, seperti Visual, Auditory, Kinestetik.
(Tribunnews.com/Latifah)