Pneumonia Berisiko Besar Serang Bayi hingga Orang Tua Berusia Lebih Dari 65 Tahun
Risiko pneumonia bisa lebih tinggi terjadi pada bayi kurang dari usia 2 tahun atau pada dewasa lebih dari 65 tahun.
Penulis: Fauzi Nur Alamsyah
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu penyakit yang menyerang paru-paru, pneumonia bisa menyerang semua orang.
Risiko pneumonia bisa lebih tinggi terjadi pada bayi kurang dari usia 2 tahun atau pada dewasa lebih dari 65 tahun.
Baca juga: Muncul Pneumonia Misterius di Cina, Kemenkes Imbau Masyarakat Pakai Masker
Kabar terbaru pneumonia misterius menjadi perbincangan di China dimana menyerang anak-anak dengan korban yang melonjak tinggi.
Dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD Tangerang Selatan dr. Rudy Kurniawan menjelaskan terkait pneumonia.
Menurutnya, pneumonia adalah penyakit yang menyerang paru-paru atau peradangan paru.
Baca juga: Pneumonia Misterius di China Rentan Infeksi Anak, Dokter Ungkap Kemungkinan Penyebabnya
Penyakit tersebut muncul karena disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur.
"Penyebab infeksi bisa karena bakteri, virus, jamur, atau kombinasi diantaranya. Kombinasi bakteri dengan virus, virus dengan jamur, atau bisa antara ketiganya," kata Rudy Kurniawan dalam jumpa persnya di kawasan di Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023).
Rudy Kurniawan menjelaskan kedua golongan usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 65 tahun lebih rentan untuk terkena lantaran memiliki imunitas tubuh yang lemah.
"Kedua golongan umur ini memang memiliki imunitas tubuh yang lemah," ujar Rudy.
Kemudian di usia lebih dari 65 tahun selain imunitas yang menurun, risiko lain bisa diidap oleh orang dewasa lantaran memiliki penyakit kimorbid seperti jantung, ginjal kronis, diabetes hingga asma.
"Atau HIV dan penyandang autoimun karena pertahanan tubuhnya lemah," ungkap Rudy.
"Penyebab paling sering adalah bisa influenza, maupun virus atau jamur termasuk covid-19 kemarin," lanjutnya.
Beberapa gejala harus dipahami apabila seseorang mengidap pneumonia.
Baca juga: Mycoplasma Diduga Penyebab Pneumonia Misterius di China, Lebih Bahaya Mana Dibanding Covid-19?
"Gejalanya bisa sesak napas, batuk, hilang nafsu makan, nyeri di dada, napas cepat, kalau kita lihat gejala ini bisa juga ditemui pada kondisi lain. Jadi kadang pada kondisi awal tidak khas," lanjut Rudy.
"Cara tahunya dengan diperiksa kemudian di foto rontgenhabis itu akan keliatan pneumonia atau bukan," sambungnya.
Tidak hanya itu pasien diabetes dianggap berisiko untuk terkena pneumonia dengan inumitas tubuh yang menurun. Bahkan tingkat kematian 3 kali lebih tinggi.
"Karena tingkat kematian 3 kali lebih tinggi dari penyandang diabtes dibandingkan dengan tanpa diabetes," ungkapnya.
Dengan demikian pasien diabetes dianjurkan untuk pemberian vaksin pneumonia sesuai standar Internasional Diabetes Federation.
Selain itu vaksin influenza menjadi salah satu yang juga direkeomendasikan untuk penyandang diabetes. Sebab gejala pneumonia bisa berawal dari batuk dan pilek.
“Baik diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2, seseorang dengan diabetes akan selalu dalam risiko lebih tinggi untuk terkena pneumonia akibat sistem kekebalan tubuh yang menurun, maka dari itu mereka harus lebih ekstra waspada dalam menjaga kesehatannya”, ungkap Rudy.
"Vaksinasi dapat menurunkan risiko infeksi turunnya hingga 2,1 kali lipat dibandingkan dengan yang tidak di vaksin," tandasnya.
Selain melakukan vaksinasi diharapkan bisa menjaga kebersihan, pola hidup sehat dan olahraga teratur.