Gejala Infeksi Bakteri Mycoplasma Pneumoniae pada Anak, Beserta Cara Pencegahannya
Gejala infeksi bakteri mycoplasma pneumoniae pada anak, beserta beberapa tips pencegahannya menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Berikut gejala infeksi bakteri mycoplasma pneumoniae pada anak.
Akhir-akhir ini, dunia digegerkan dengan lonjakan kasus pneumoniae yang terjadi di China pada medio Oktober hingga November 2023.
Lonjakan kasus pneumoniae banyak menyerang anak-anak dan membuat fasiliatas kesehatan di China penuh.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pemicunya bukan patogen baru, melainkan mycoplasma pneumoniae.
Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan.
Seperti di tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan.
Baca juga: Pneumonia Misterius Mewabah di China, PB IDI Bagikan Cara Mencegahnya
Lantas apa gejala terinfeksi bakteri mycoplasma pneumoniae?
Gejala Bakteri Mycoplasma Pneumoniae
Mengutip dari laman Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dokter Spesialis Anak, Gina Noor Djalillah, mengatakan jika pneumonia ini bisa menyerang semua usia.
Akan tetapi akan sangat rawan terkena pada anak-anak dan lansia.
Adapun gejala infeksi bakteri mycoplasma pneumoniae pada anak, sebagai berikut.
- Demam,
- Batuk,
- Sesak nafas,
- Bersin,
- Hidung tersumbat atau berair,
- Sakit tenggorokan,
- Mata berair,
- Mengi,
- Hingga muntah dan diare.
Baca juga: Kasus Pneumonia Marak di China, PB IDI: Bisa Masuk ke Indonesia
Dalam hal ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan beberapa tips pencegahan infeksi bakteri mycoplasma pneumoniae.
Berikut beberapa tips pencegahan infeksi bakteri mycoplasma pneumoniae pada anak menurut IDAI.
Cara Mencegah Infeksi Bakteri Mycoplasma Pneumoniae pada Anak
1. Beri ASI eksklusif dan MPASI yang memadai
Pemberian asupan ASI dan MPASI yang cukup akan memberikan proteksi perlindungan alamiah pada bayi dalam hal gizi.
MPASI atau makanan pendamping ASI dianjurkan untuk mulai diberikan sejak bayi berusia 6 bulan.
Sedangkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun.
2. Lengkapi Imunisasi Anak
Imunisasi yang lengkap dapat menjadi salah satu cara mencegah pneumonia anak, dan juga berbagai penyakit lain.
Misalnya campak, batuk rejan, difteri, dan penyakit berat lainnya.
Baca juga: Marak Kasus Pneumonia, Perlukah Pembatasan Wisatawan Asal China ke Indonesia?
3. Rajin Cuci Tangan dengan Sabun.
Mencuci tangan secara rutin, bisa melindungi anak-anak dari berbagai penyakit serius.
Seperti pneumonia, diare, bahkan COVID-19.
Cuci tangan yang rutin menjadi penting karena ada jutaan bakteri dan virus tak kasat mata yang bisa menempel di tangan.
4. Memakai Masker saat di Tempat Umum
Masker sangat efektif untuk mencegah penularan pneumonia yang disebabkan oleh droplet pernafasan yang dihirup.
Penggunaan masker yang benar juga diperlukan agar penularan pneumonia dapat dicegah terutama saat anak-anak berada di tempat umum.
Baca juga: Wabah Pneumonia Misterius di China Ancam Gelaran BWF World Tour Finals 2023, Dewan BWF Ketar-ketir
5. Kurangi Polusi dalam Rumah
Polusi udara juga bisa menjadi salah satu faktor risiko pneumonia pada anak.
Jadi, polusi udara, termasuk yang ada di dalam rumah, sebaiknya dihindari.
Himbauan Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan himbauan terkait merebaknya kasus Pneumonia di China.
Kemenkes menghimbau agar masyarakat tidak panik menyusul penyebaran undefined pneumonia.
Namun, masyarakat diingatkan agar meningkatkan kewaspadaan diri terlebih bila melakukan perjalanan ke luar negeri.
Dalam hal ini Kemenkes juga telah mendorong fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan pintu masuk negara untuk aktif pelaporan temuan kasus pneumonia melalui saluran yang disediakan.
Baca juga: Kasus Pneumonia Merebak, Kemenhub Belum Akan Menutup Akses Masuk Turis China dan Belanda
Yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Event Based Surveillance (SKDREBS)/Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) maupun ke PHEOC.
Upaya mitigasi tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri, melainkan harus dibarengi dengan komitmen seluruh masyarakat agar pengendalian pneumonia lebih optimal.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)