Mengenal Aneurisma Aorta, Penyakit yang Bisa Picu Kematian Mendadak
Penyakit aneurisma aorta jarang bisa terdeteksi di awal dan baru diketahui setelah mengalami keparahan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernahkah mendengar aneurisma aorta? Penyakit ini sebaiknya diwaspadai karena bisa mengakibatkan kematian mendadak.
Hal ini diungkapkan oleh Konsultan Intervensi Kardiovaskular di Heartology Hospital, dr Suko Adiarto Sp.JP(K), PhD.
Aneurisma aorta sendiri merupakan pelebaran abnormal pada dinding aorta. Pelebaran ini bisa menekan berbagai organ tubuh bahkan kebocoran pada pembuluh darah aorta.
Sayangnya, aneurisma aorta jarang bisa terdeteksi di awal dan baru diketahui setelah mengalami keparahan. Situasi inilah yang sering menyebabkan kematian mendadak.
Baca juga: Jika Tidak Diobati, Sakit Gigi dapat Sebabkan Sakit Jantung
"Umumnya tidak terdeteksinya (sehingga) bisa mati mendadak karena pecah. Paling sering (pembengkakan) di dada dan perut," ungkapnya pada media briefing di Heartology Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).
Sebagian informasi, aorta merupakan pembuluh darah utama dan terbesar dari sistem peredaran darah
Aorta punya peran sangat penting, yaitu mengalirkan darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh melalui cabang-cabangnya.
Lebih lanjut, Dr Adiarto pun menjelaskan alasan kenapa pengidap aneurisma aorta tidak bisa merasakan gejalanya.
Menurutnya, gejala tidak dirasakan karena penyempitan antara aorta dan organ tubuh tidak tersentuh.
Ketika pelebaran sudah semakin besar dan menyentuh organ, barulah mulai terasa gejalanya.
"Kalau melebar hampir tidak ada keluhan. Melebar dan tidak mendesak organ atau ruang tertentu. Sampai suatu saat membesar dan menekan organ tertentu," jelasnya.
Sebagai contoh, ketika aneurisma aorta mengalami pelebaran di bagian pangkal dekat katup jantung. Selama proses pembesaran di awal, tidak ada gejala yang dirasakan.
Namun, ketika pembesaran telah mengenai katup dan tidak mendapatkan penanganan, bisa mengalami kebocoran.
Akibatnya, fungsi jantung menjadi tidak maksimal. Saat akan memompa cairan ke seluruh tubuh, cairan tersebut malah kembali lagi jantung.
Pada kondisi yang lebih berbahaya, pembuluh aorta yang terus membesar bisa berujung robek.
"Kalau robek, angka kematiannya bukan bulan atau tahun. Kalau aorta robek, kematian bisa dalam hitungan hari," imbuhnya.
Lantas apa saja yang menjadi faktor risiko penyakit aneurisma ini?
Menurut dr Adiarto ada dua jenis faktor risiko.
Pertama, faktor risiko yang tidak bisa dicegah seperti usia, jenis kelamin dan orang yang memiliki sindrom marfan karena genetik," imbuhnya.
Sindrom marfan merupakan kelainan genetik yang memicu jaringan ikat yang berfungsi sebagai penunjang atau penghubung antarjaringan serta organ tubuh, termasuk struktur tulang.
Sedangkan faktor risiko kedua adalah bisa dikontrol.
Seperti hipertensi, diabetes dan orang yang memiliki riwayat pernah melakukan operasi sebelumnya.