Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kemenkes Beberkan Perilaku Masyarakat yang Berpotensi Meningkatnya Risiko Hipertensi

Perilaku masyarakat tersebut seperti merokok, jarang melakukan aktivitas fisik, kurangnya makan sayur dan buah, serta mengonsumsi makanan asin.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Kemenkes Beberkan Perilaku Masyarakat yang Berpotensi Meningkatnya Risiko Hipertensi
freepik
Ilustrasi mengalami hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi jadi penyebab kematian nomor satu di dunia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hipertensi atau tekanan darah tinggi jadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan studi kohor penyakit tidak menular (PTM) 2011-2021, hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi penyebab kematian keempat dengan persentase 10,2 persen. 

Baca juga: Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak Ditemukan di Pos Kesehatan Mudik Lebaran 2024

Nyatanya, perilaku masyarakat dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Dr. Eva Susanti

Perilaku masyarakat tersebut seperti merokok, jarang melakukan aktivitas fisik, kurangnya makan sayur dan buah, serta mengonsumsi makanan asin.

Baca juga: Indonesia Kirim Obat untuk Kanker, Hipertensi hingga Alat Cuci Darah untuk Palestina dan Sudan

“Proporsi penderita hipertensi umur 18-59 tahun yang melakukan aktivitas fisik kurang 1,9 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang melakukan aktivitas fisik cukup,” Kata Eva Susanti dilansir dari website resmi Kemenkes, Sabtu (18/5/2024). 

Berita Rekomendasi

Selain itu, kata Eva proporsi penderita hipertensi umur 18-59 tahun adalah dengan obesitas sentral.

Yaitu kondisi kelebihan lemak pada perut 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang tidak obesitas sentral. 

Sementara itu, proporsi penderita hipertensi umur di atas 60 tahun dengan obesitas sentral sama dengan penderita hipertensi yang tidak obesitas sentral.

Dr. Eva menyampaikan, hipertensi dapat diturunkan dengan perilaku hidup sehat dengan ‘PATUH’.

Singkatan dari 'P' Periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter.

'A' Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.

'T' Tetap diet dengan gizi seimbang, lalu 'U' upayakan aktivitas fisik dengan aman.

Dan terakhir 'H' Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.

Baca juga: Komplikasi Hipertensi Bebani Ekonomi Keluarga karena Biaya Pengobatan Mahal

Pada kesempatan yang sama, Presiden Indonesian Society of hypertension (InaSH, 2019-2021) Dr. Tunggul D. Situmorang, sebut ada beberapa faktor penyebab hipertensi.

Di antaranya stress, usia, keturunan, garam, dan obesitas.

Dr. Tunggul juga mengatakan, hipertensi atau darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi.

Seperti penyakit stroke, kebutaan penyakit gagal jantung dan juga gagal ginjal. 

Namun, darah tinggi atau hipertensi dapat diturunkan.

Yaitu dengan berolahraga secara teratur, mengatur pola makan yang sehat, mengurangi konsumsi garam, konsumsi obat, dan menghindari stres. 

“Ada begitu banyak pilihan-pilihan obat, begitu banyaknya obat-obatan, sehingga harus sudah tahu persis bagaimana mekanisme kerjanya, dipakai untuk siapa, dan harus digunakan dengan cara yang baik dan benar,” kata Dr. Tunggul.

Dr. Tunggul menyampaikan, untuk menurunkan hipertensi dan mencegah penyakit tidak menular lainnya, terapkan perilaku ‘CERDIK’.

Yakni Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet Seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas