Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Populasi Lansia di Indonesia Capai 20 Persen di Tahun 2050, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?

Ledakan populasi lanjut usia atau lansia di Indonesia diperkirakan terjadi pada tahun 2050. Apa persiapan untuk ageing population ini?

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Populasi Lansia di Indonesia Capai 20 Persen di Tahun 2050, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?
HandOut/IST
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menyelenggarakan seminar bertajuk Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045, Jumat (29/8/2024). 

Populasi Lansia Capai 20 Persen di Tahun 2050, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Indonesia saat ini sedang memasuki fase ageing population yaitu proporsi lanjut usia atau lansia semakin meningkat. 

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia pada 2023, hampir 12 persen atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia masuk kategori lansia.

Ledakan populasi lanjut usia atau lansia di Indonesia diperkirakan terjadi pada tahun 2050.

Di tahun itu jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 20 persen atau sekitar 50 juta jiwa lansia.

Hal itu disampaikan Peneliti Senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis atau LD FEB UI Sri Moertiningsih, dalam kegiatan 'Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045', pada Jumat (28/8/2024).

BERITA TERKAIT

Ia mengungkapkan, seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan kapasitas kesehatan dan fungsional, lantaran penyakit tidak menular akibat gaya hidup tidak sehat sejak dini.

Banyaknya populasi lansia ditahun itu tentu akan memberi beban pembiayaan kesehatan nasional maupun keluarga.

"Hal ini menimbulkan kebutuhan akan perawatan jangka panjang atau long term care (LTC) yang dapat menjadi beban signifikan bagi keluarga dan pemerintah. Biaya LTC mencakup medical cost, non-medical cost, caregiving cost, dan social cost lainnya," ungkap Sri.

Sri mengusulkan, ada beberapa alternatif pembiayaan LTC, seperti sistem asuransi sosial, Universal Coverage Tax Funded System, dan Safety Net Tax-Funded System.

Kebijakan LTC di beberapa negara tidak selalu termasuk dalam cakupan jaminan kesehatan universal, sehingga negara-negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk kebutuhan ini.

"Contoh lain adalah Jerman, di mana klien LTC berkontribusi hingga 21,4 persen dari total biaya, sementara di Jepang kontribusinya mencapai 10 persen," imbuhnya.

Ditambahkan Ippei Tsuruga, reformasi sistem pensiun di Indonesia penting dilakukan, mengingat perubahan demografis yang cepat, seperti peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dan dominasi pekerja di sektor informal.

Ia merekomendasikan peningkatan kontribusi wajib pada skema pensiun untuk memperkuat jaring pengaman sosial bagi semua pekerja, baik di sektor formal maupun informal.

"Perlu juga memperkenalkan skema pensiun sosial yang menyediakan manfaat tetap bagi seluruh warga negara, guna mengatasi kesenjangan dalam akses manfaat pensiun, terutama bagi mereka yang tidak mampu berkontribusi secara konsisten," kata Ippei. 

Reformasi ini diharapkan dapat menciptakan sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.

Generasi silver atau lansia tidak lagi hanya dipandang sebagai kelompok yang bergantung pada bantuan.

Tetapi juga sebagai kontributor penting dalam masyarakat.

Mereka bisa sebagai konsumen dengan daya beli tinggi maupun sebagai tenaga kerja dengan pengalaman berharga. Namun, tantangan seperti rendahnya akumulasi kekayaan, diskriminasi usia, dan penurunan kesehatan tetap ada.

Lembaga Demografi merekomendasikan kelanjutan pembahasan RUU Kesejahteraan Lansia dan pembentukan unit khusus yang menangani isu-isu lansia secara komprehensif," ujar dia

Dalam kegiatan yang digelar di Pullman Jakarta hadir pula Wakil Menteri Keuangan RI Prof. Suahasil Nazara dan juga Pelaksana Harian (Plh) Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Arief Wibisono Lubis, Ph.D.

Ia menambahkan, diskusi ini digelar untuk memperingati enam dekade atau 60 tahun berdirinya LD FEB UI. 

Menurut dia, peringatan 60 tahun ini tidak hanya menjadi momen refleksi atas pencapaian yang sudah dicapai lembaga demografi, tetapi menjadi kesempatan untuk menatap masa depan dengan optimisme dan semangat baru. 

"Seiring dengan pertumbuhan populasi lanjut usia semakin cepat, kita dihadapkan kebutuhan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk memastikan bagaimana kesejahteraan dari para lansia, tapi juga mendorong peran serta aktif mereka dalam pembangunan Bangsa," jelas Arief.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas