Kenali Beda TBC dan Kanker Limfoma Hodgkin
Pakar hematologi-onkologi RSCM Jakarta Dr dr Andhika Rachman membeberkan bahwa pasien kanker limfoma hodgkin
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar hematologi-onkologi RSCM Jakarta Dr dr Andhika Rachman membeberkan bahwa pasien kanker limfoma hodgkin di Indonesia seringkali mengalami salah diagnosis diawal pengobatannya.
Hal ini bukan tanpa alasan bisa terjadi. Gejala penyakit ini tidak spesifik sehingga membuat penyakit tersebut sulit dikenali.
Sayangnya, pasien baru mengetahui bahwa mereka mengidap kanker setelah penyakitnya mencapai tahap lanjut.
Baca juga: Indonesia Kejar Target Tahun 2030 Bebas TBC
Gejala kanker limfoma hodgkin sering dikaitkan dengan penyakit TBC.
Gejala kanker limfoma hodgkin sendiri berupa berkeringat berlebihan di malam hari sekalipun sudah menggunakan AC dan kipas angin.
Lalu demam lebih dari 38 derajat celcius, maupun turun berat badan lebih dari 10 persen terturut-turut dalam waktu 6 bulan tanpa diet.
"Juga muncul benjolan atau pembesaran pada area kelenjar getah bening contohnya di leher, di bawah ketiak atau di pangkal paha,” ujar dia saat ditemui dalam temu media bersama Takeda di Jakarta, Kamis (26/8/2024).
Terkadang ujar dia, pada beberapa pasien kanker limfoma juga mengalami batuk-batuk lantaran kelenjar getah beningnya melalui paru-paru.
Saat pasien terdiagnosa TB, ketika menjalani pengobatan di dua bulan pertama maka gejala seperti lemas dan kurang nafsu makan akan menunjukan perbaikan.
Baca juga: 35 Persen Kasus TBC Dialami Usia Produktif: Program Bebas TBC di Tempat Kerja Jadi Penting
"Itu paling gampang dikenalinya. Dan kalau ternyata limfoma itu diobati tidak membaik. Di sinilah kepekaan dokter. Kok dua bulan pertama diobati tidak baik-baik. Apakah ini TB kelenjar baru kah? Atau TB paru harus dicek lagi,” jelas dia.
Andhika menuturkan, sesuai standar yang ditetapkan bahwa penegakan diagnosis kanker limfoma hodgkin membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk menentukan pengobatan selanjutnya.
Namun seringkali penemuan kasus limfoma di Indonesia sekitar 2 minggu sampai satu bulan, karena memerlukan pemeriksaan imaging dari foto CT scan serta biopsi.
Adapun pengobatan untuk kanker limfoma hodgkin berupa kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi serta terapi bertarget.