Lebanon Hadapi Peningkatan Kasus Kolera di Tengah Konflik
Lebanon kembali hadapi kolera; WHO peringatkan ancaman sanitasi dan kesehatan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat masih dalam bayang-bayang konflik berkepanjangan, Lebanon menghadapi ancaman baru yang mengintimidasi, yaitu peningkatan kasus kolera.
Baca juga: Lebanon Mundur dari Kualifikasi Piala Asia U17, Timnas Indonesia Rugi atau Untung?
Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon mengonfirmasi adanya kasus kolera yang ditemukan di provinsi Akkar, utara negara tersebut, menandai kekhawatiran yang meningkat di tengah krisis kemanusiaan yang sudah ada.
Peningkatan Kasus Kolera dan Dampak Konflik
Sejak wabah kolera yang melanda Lebanon pada akhir 2022 hingga pertengahan 2023 dinyatakan berakhir, kehadiran kasus baru ini memperlihatkan betapa rapuhnya sistem kesehatan Lebanon.
"Situasi ini diperparah dengan keberadaan pengungsian yang meningkatkan beban pada layanan kesehatan yang sudah tertekan," ujar Dr.
Abdinasir Abubakar, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Lebanon, saat memberikan pernyataan pada 18 Oktober 2024.
Dengan kasus pertama yang terdeteksi, pihak berwenang kini tengah melakukan investigasi mendalam untuk mengukur sejauh mana penyebaran kolera ini, termasuk pengambilan sampel dari kontak pasien dan penilaian terhadap potensi kontaminasi air.
Ancaman Sanitasi dan Kesehatan
WHO telah memperingatkan bahwa kondisi sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang tidak memadai di Lebanon berisiko menghadirkan penyakit menular baru.
"Fokus utama kami saat ini adalah meningkatkan pengawasan dan kondisi sanitasi air untuk menghentikan penularan dan mencegah penyebaran lebih lanjut," lanjut Dr.
Abubakar.
Kondisi tempat penampungan pengungsi yang sempit dan tidak memadai semakin meningkatkan potensi penyebaran kolera.
Pengungsian yang terus bertambah menambah beban pada infrastruktur yang sudah lemah.
Lebih dari 8000 kasus kolera diduga muncul selama wabah terakhir, dengan 671 kasus yang dikonfirmasi dan 23 kematian tragis akibat penyakit tersebut.
Tindakan WHO dan Kementerian Kesehatan
Merespons situasi ini, WHO telah mengaktifkan rencana kesiapsiagaan dan respons kolera yang bertujuan untuk memperkuat pengawasan dan pelacakan kontak.