Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Indonesia Memasuki Musim Hujan, Kemenkes Ingatkan Waspadai Penyakit DBD

Memasuki musim hujan membuat kewaspadaan terhadap berbagai penyakit menjadi sangat penting.  Demam Berdarah Dengue (DBD) salah satunya.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Indonesia Memasuki Musim Hujan, Kemenkes Ingatkan Waspadai Penyakit DBD
India.com
Nyamuk demam berdarah.Memasuki musim hujan membuat kewaspadaan terhadap berbagai penyakit menjadi sangat penting.  Demam Berdarah Dengue (DBD) salah satunya. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Memasuki musim hujan membuat kewaspadaan terhadap berbagai penyakit menjadi sangat penting. 


Salah satu penyakit tersebut adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Baca juga: Kemenkes Waspadai Kenaikan Kasus DBD di Musim Hujan Lewat Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik


Di Indonesia, dengue merupakan masalah kesehatan serius karena prevalensinya cukup tinggi dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). 


Pada minggu ke-43 tahun 2024, dilaporkan 210.644 kasus dengan 1.239 kematian akibat DBD yang terjadi di 259 kabupaten/kota di 32 provinsi. 


Suspek dengue yang dilaporkan melalui SKDR secara kumulatif hingga minggu ke-43 mencapai 624.194 suspek.


Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr. Yudhi Pramono ungkap, sejak awal 2024 terjadi peningkatan kasus dan angka kematian DBD yang dilaporkan.

Baca juga: BMKG Prediksi Musim Hujan 2025, Indonesia Alami Curah Hujan Tahunan dengan Kategori Normal

Berita Rekomendasi


Peningkatan ini tidak hanya terjadi di daerah endemis. Tapi juga di daerah yang sebelumnya bebas dari DBD


Menurutnya, peningkatan risiko penularan dengue ini dipengaruhi oleh fenomena el nino dan perubahan iklim.


“Untuk regional ASEAN saat ini, telah dilaporkan ada kurang lebih 219 ribu kasus, dengan 774 kematian, dan Indonesia sendiri adalah penyumbang terbanyak dari kasus dengue tersebut,” kata dr. Yudhi dilansir dari website resmi Kemenkes, Senin (18/11/2024). 


Pada 2024, wilayah yang terjangkit DBD mengalami perluasan, yaitu mencapai 482 kabupaten/kota. 


Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pemendekan siklus tahunan penyakit ini, dari 10 tahun menjadi tiga tahun atau bahkan kurang.


Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) dr. Ina Agustina mengatakan, tren DBD selama empat tahun terakhir, Incidence Rate (IR) DBD mengalami peningkatan, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian akibat dengue mengalami penurunan.


“Untuk kasus DBD memang cenderung mengalami peningkatan namun untuk angka kematian dibandingkan jumlah kasusnya ini cenderung menurun,” kata dr. Ina Agustina. 


Lebih lanjut dr. Ina menambahkan, langkah-langkah antisipatif yang perlu dilakukan pada awal musim penghujan sebagai berikut:


1. Melaksanakan upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus, yaitu:


Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air seperti bak mandi dan drum.


Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, tempayan dan lain-lain.


Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk seperti botol bekas, ban bekas dan lain-lain.


"Memantau wadah air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Mengganti air vas bunga seminggu sekali, mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan lain-lain," ungkap dr Ina lagi. 


2. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam mengimplementasikan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).


Menunjuk Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap rumah untuk memantau dan memastikan tidak ada jentik di rumah masing-masing.


3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara terus-menerus melalui penyuluhan langsung, melalui media cetak atau media elektronik. 


Penyuluhan difokuskan kepada pencegahan dan pengenalan tanda-tanda bahaya dengue (DBD).


Sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam merujuk pasien sejak dari lingkungan masyarakat.


4.Melakukan respons cepat terhadap laporan kasus Dengue.


Fasilitas layanan kesehatan yang melayani atau merawat pasien dengue wajib dalam 3 jam sudah melaporkan kepada Dinas Kesehatan agar segera dilakukan tindakan penyelidikan epidemiologi dalam 1×24 jam.


5. Melaksanakan seluruh kegiatan pencegahan dan pengendalian DBD secara efektif dan berkoordinasi dengan pihak terkait mengantisipasi peningkatan kasus DBD


Diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat serta dukungan semua pihak dalam upaya ini dapat melaksanakan pengendalian penyebaran DBD di wilayah masing-masing.


Kemenkes juga telah mengeluarkan inovasi berbasis bukti untuk percepatan eliminasi dengue, di antaranya adalah teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dan penyediaan vaksin dengue.


Teknologi wolbachia ini telah terbukti menurunkan insiden infeksi dengue 77,1 persen dan angka rawat inap 82,6 persen.


Selain itu, vaksin dengue menjadi intervensi yang efektif dalam penanggulangan dengue. 


Saat ini, terdapat dua vaksin dengue yang telah mendapat izin edar dari Badan POM RI, yaitu Vaksin DENGVAXIA produksi Sanofi Pasteur, dan Vaksin QDENGA produksi Takeda.

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas