Pemerintah Terapkan Strategi Hadapi Perubahan Era Revolusi Industry 4.0
Menteri Ketenagakerjaan mengungkapkan pemerintah mengambil langkah-langlah strategis untuk menghadapi tantangan perubahan era industri 4.0
Editor: Content Writer
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengungkapkan pemerintah mengambil langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan perubahan era revolusi industry 4.0 dalam bidang pendidikan dan pelatihan vokasi.
Langkah pertama kebijakan link and match untuk memastikan kompetensi SDM/tenaga kerja sesuai kebutuhan pasar kerja dengan industri berbasis teknologi digital.
“Melalui komite vokasi yang merupakan wadah kolaborasi antara pemerintah dan industri telah dilakukan sinergi, mulai dari perancangan program dan disain kurikulum, standar pelatihan hingga penyelenggaran pelatihan kerja," kata Menaker Hanif saat membuka Company Gathering yang diselenggarakan Undip Career Center (UCC) di Karawang, Jawa Barat, Kamis (29/3/2018).
Dalam acara bertajuk "Membangun Kemitraan Strategis antara Dunia Kampus dan Dunia Industri untuk Mencetak SDM Indonesia yang Berkualitas" ini turut hadir Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Rektor Undip Yos Johan Utama, Direktur Undip Career Center Fitri, Kadisnaker Karawang Suroto
Manteri Hanif mengatakan langkah kedua adalah masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi. Transformasi program dan disain pelatihan dan pendidikan secara simultan juga harus beriringan dengan upaya masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi.
“Strategi ini menjadi penting untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja tramil (Skilled workers) sekarang dan di masa yang akan datang, “ katanya.
Menteri Hanif menyatakan target pemerintah menaikkan jumlah peserta pelatihan kerja menjadi 1,4 juta pada tahun 2019 atau 5 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya merupakan langkah taktis dalam upaya pemenuhan tenaga kerja kompeten pada tahun 2030.
“Karena itu, kolaborasi yang telah terbangun antara pemerintah dan dunia industri dalam penciptaan tenaga kerja kompeten melallui pelatihan kerja dan pemagangan perlu terus ditingkatkan, “ katanya.
Menteri Hanif menambahkan dalam dunia persaingan, bukan orang paling pintar bukan orang paling kuat tapi yang dibutuhkan adalah orang-orang yang paling responsif menghadapi perubahan.
“Itu tantangan perguruan tinggi secara umum bagaimana tingkat responsifitas sebagai penyedia input SDM menghdapi dunia yang sedang berubah dan akan terus berubah secara cepat, “ katanya.
Menteri Hanif menambahkan dalam menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini, penguasaan softskill memiliki peran sangat penting dalam upaya memenangkan persaingan global.
Pasalnya hasil laporan World Economic Forum mengungkapkan sebanyak 80 persen skill yang dibutuhkan untuk mampu bersaing dalam era industri 4.0 adalah penguasaan softskill.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan technicall skill. Penguasaan softskill juga harus mulai dipersiapkan sejak di jenjang pendidikan dasar hinggaperguruan tinggi," katanya.
Menteri Hanif mengatakan tantangan Perguruan Tinggi ke depan merumuskan skema tertentu agar mahasiswa menguasai skill yang fleksibel yang sesuai kebutuhan pasar kerja dan mengikuti perkembangan zaman.