Kuda Renggong Jadi Tamu Spesial di Al Mizan
Tamu spesial ini membuat Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, menjadi seru.
Editor: Content Writer
Tamu istimewa hadir dalam event bernuansa religi, Al Mizan Sufi Music Festival 2018. Tamu tersebut adalah Kuda Renggong. Tamu spesial ini membuat Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, menjadi seru.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty, memberikan acungan jempol untuk event ini.
“Al Mizan Sufi Music Festival ini luar biasa. Di tengah padatnya agenda, masih memberikan ruang bagi budaya lokal. Benar-benar sangat mengesankan dan mengispirasi,” ungkap Esthy, Minggu (30/9/2018).
Al Mizan Sufi Music Festival memang sangat identik dengan beragam atraksi bernuansa religi. Seperti Istighosah, Tausiah, Muhasabah Kebangsaan, Dzikir Budaya dan Kebangsaan, hingga Wayang Sufi. Ada juga Kidung dan Tari Sufi, Ragam Seni Sufi Nusantara, hingga Karnaval Wisata dan Budaya Religi. Turut disajikan Festival Dongdang, Bedug Dulag, juga Konser Musik Sufi Tanah Liat.
Oleh karena itu, saat Kuda Renggong hadir, suasana menjadi berubah. Kuda ini dinaiki oleh dua anak kecil dengan diiringi musik khas. Pentas ini terbagi dalam dua sesi.
Pertama, Kuda Ibing dengan goyangan khasnya yang mengikuti ritme musik. Kedua, Kuda Pencak Silat. Sembari berjingkrak, kuda menggerakan kaki-kaki depannya yang direspon gerakan silat pawangnya.
“Kuda Renggong ini merupakan kekayaan lokal yang luar biasa. Dalam setiap aksinya, atraksi budaya ini selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dan, Kuda Renggong ini memang terkenal,” terang Esthy yang juga Ketua Pelaksana Calendar of Event 2018 Kementerian Pariwisata.
Di tanah Sunda, Kuda Renggong memiliki sejarah panjang. Tradisi Kuda Renggong berkembang mulai 1950-an. Seiring waktu, Kuda Renggong ini menjadi fenomena yang digemari semua lapisan masyarakat. Kata ‘Renggong’ sendiri berasal dari rereongan atau gotong royong.
Untuk menguasai Kuda Renggong, harus ada proses adaptasi dan penguasaan gerakan dasar. Proses ini dilakukan 5 bulan. Selama itu, kuda hanya membiasakan diri dengan ketukan musik dan lingkungannya.
Setelah basic Kuda Renggong dikuasai, berikutnya diperkenalkan filosofi ‘saruas sabuku’. Artinya, kuda memiliki harmonisasi kelenturan kaki, gerakan tubuh, dan keseimbangan kepala. Keberhasilannya pun ditentukan kepiawaian sang pawang. Demi menunjang performa, asupan Kuda Renggong diberikan. Makanannya brupa rumput dan dedak.
Sedangkan Kepala Bidang Area I Kemenpar Wawan Gunawan, juga memberikan apresiasi untuk perhelatan Al Mizan yang mengakomodir kesenian Kuda Renggong.
“Al Mizan Sufi Music Festival mengajarkan banyak hal kepada publik. Festival ini sangat menghargai budaya dan lingkungannya. Sebab, untuk menghasilkan Kuda Renggong ini butuh waktu dan tenaga ekstra,” ujar Wawan.
Saat atraksi ini ditampilkan, pengunjung langsung merangsek. Mereka sibuk merekam momen melalui kamera handphone-nya.
“Kuda Renggong bisa masuk ke semua latar belakang. Jadi, bisa diterima oleh siapa saja. Kemasannya pun unik. Kuda Renggong memiliki asesoris perlengkapan yang banyak,” jelas Wawan lagi.
Sukses digelar meriah, apresiasi pun diberikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menteri yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok, mengungkapkan, Al Mizan Sufi Music Festival dan Kuda Renggong menjadi formulasi terbaik.
“Al Mizan Sufi Music Festival ini sangat bagus. Konsep wisata religinya sangat kuat. Namun, festival ini tetap ramah kepada akar budaya lokal. Kombinasi-kombinasi seperti ini bagus. Selalu ada experience yang ditawarkan kepada wisatawan. Untuk itu, tetap datang ke Majalengka. Selain atraksi, aksesibilitas dan amenitas di Majalengka adalah terbaik. Kulinernya khas dan nikmat,” tutup Arief. (*)