Mendes PDTT Optimistis Entaskan 15.000 Desa Tertinggal
Kemendes PDTT dapat mengentaskan sebanyak 15.000 desa tertinggal menjadi desa berkembang.
Editor: Content Writer
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo meyakini pada tahun 2019 nanti, Kemendes PDTT dapat mengentaskan sebanyak 15.000 desa tertinggal menjadi desa berkembang.
Dengan begitu, Kemendes PDTT dapat mencapai tiga kali lipat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2014-2019.
"Di dalam RPJMN kita ditargetkan untuk mengentaskan sebanyak 5.000 desa tertinggal menjadi desa berkembang. Maret ini sudah lebih dari 10.000 desa terangkat menjadi desa berkembang. Insya allah 2019 bisa 15.000, tiga kali lipat," ungkapnya saat menjadi pembicara kunci pada Dialog Nasional 'Efektifkah Dana Desa' di Jakarta, Sabtu (13/10/2018).
Pada kegitan yang diselenggarakan oleh Pemuda Peduli Nias (PPN) tersebut Menteri Eko mengatakan, hadirnya dana desa sangat berpengaruh pada percepatan pengentasan desa tertinggal. Dengan dana desa, seluruh desa mendapatkan kucuran dan langsung dari pemerintah pusat tanpa terkecuali.
"Dulu dana untuk desa dikucurkan ke setiap kabupaten. Nah, di kabupaten tidak merata diberikan ke seluruh desa. Karenanya dengan dana desa, semua anggaran dibagi merata," ujarnya.
Ia melanjutkan, dana desa tahun 2018 berjumlah Rp 60 Triliun. 80 persen di antaranya dibagi rata ke seluruh desa, sedangkan 20 persen selebihnya dibagi berdasarkan afirmasi desa miskin, jumlah penduduk, dan kategori desa tertinggal.
Dengan begitu, desa dengan kategori tertinggal dan miskin akan mendapatkan dana desa terbanyak.
"Setiap desa dapat afirmasi supaya ada azas keadilannya. Afirmasi desa miskin, penduduk banyak, dan tertinggal. Yang desa sangat miskin bisa mendapatkan dana hingga Rp 3 miliar," terangnya.
Ia mengatakan, Presiden RI Joko Widodo selalu mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus diimbangi dengan pengurangan angka kemiskinan dan kesenjangan. Jika tidak, maka meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan berpotensi menimbulkan gejolak sosial.
"Kalau kita tidak perhatikan desa maka kan terjadi kesenjangan. Ini akan menimbulkan gejolak sosial. Maka prediksi pengamat yang mengatakan Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor 4 dunia tidak akan tercapai," ujarnya.
Menurutnya, penurunan angka kemiskinan di desa saat ini juga cukup signifikan. Yang mana dalam tiga tahun terakhir, penurunan angka kemiskinan di desa lebih dari 1,2 juta jiwa. Angka ini berbanding jauh dengan penurunan angka kemiskinan di kota yang mencapai 580.000 jiwa.
"Sekarang cari pembantu, babysitter sudah sulit. Karen di desa sekarang sudah ada pekerjaan. Jadi sekarang kalau ada pembantu, baik-baik sama pembantu, karena mencarinya sekarang sudah susah," ujarnya. (*)