Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Filosofi Bekerja ala Dwi Soetjipto

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kalimat tersebut merupakan jawaban salah satu peserta ketika ditanya Dwi Soetjipto

Editor: Content Writer
zoom-in Filosofi Bekerja ala Dwi Soetjipto
BPSDM ESDM
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. 

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kalimat tersebut merupakan jawaban salah satu peserta ketika ditanya Dwi Soetjipto apa filosofi dari Ki Hajar Dewantoro.

“Sesederharna itu, saya tidak memakai ilmu leadership yang muluk-muluk tapi dalami maknanya dalami implementasinya, bagaimana kita mengimplementasikan itu,” jelasnya ketika menjadi nara sumber Stadium General di Grha Oktana PEM Akamigas Minggu (10/2/2019).

Dwi Soetjipto adalah kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), sebelumnya beliau memiliki prestasi yang luar biasa dalam memimpin PT Pertamina (Persero) untuk periode 2014-2017, PT Semen Indonesia (2012-2014), PT Semen Gresik (2005-2012), PT Semen Padang (2003-2005).

Dwi berkesempatan membagikan pengalamannya kepada 1500 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa PEM Akamigas, Perwakilan guru dan siswa di lingkungan Kabupaten Blora.

Ia menuturkan bahwa dalam membangun sebuah kekuatan di dalam perusahaan atau yang disebut daya saing, yang pertama dipikirkan yaitu kreatifitas.

”Jadi ketika kita memimpin sebuah transformasi maka pertama kali yang kita pikirkan, ini akan kita bawa kemana? lima tahun kedepan akan menjadi seperti apa, itu sudah harus ada, efisiensi produktifitas juga harus dipikirkan,” lanjut Dwi.

Periode menengah adalah investasi, “investasi ini adalah yang meningkatkan nilai dari organisasi, jangka panjannya adalah Sumber Daya Manusia yang memberikan hasil teknologi," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Kaitan dengan SKK Migas, yang mengelola minyak dan gas dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

“Kita harus cepat-cepat mengambil langkah transformasi untuk bisa melakukan revalitalisasi, kami di SKK sedang menggodok langkah-langkah transformasi itu bagaimana bisa melakukan revalitalisasi minyak-minyak di Indonesia,” ungkapnya.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini adalah mengganti cost recovery (semua biaya diganti oleh negara) menjadi gross split (cost adalah tanggung jawab dari kontraktor).

“Kalau industrinya efisien maka akan banyak investor masuk ke industri itu, kalau industrinya tidak efisien maka tidak ada investor masuk, padahal Indonesia mempunya 128 cekungan migas yang sekarang sudah diexploitasi 54 cekungan yang 74 belum diexplorasi. Cadangan sangat bisa diharapkan ke depan,” ujarnya.

Yang kedua berpindah dari minyak ke gas karena kedepannya akan banyak ditemukan gas, oleh karena itu kendaran dan indrustri harus lebih diarahkan ke gas sebagai bahan bakar.

Ketiga, transformasi pengembangan oil and gas dari Indonesia Barat ke Indonesia Timur Keempat adalah transformasi dari shallow ke deep target untuk efisiensi. Serta terakhir transformasi dari bahan bakar ke petrokimia. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas