Indonesia Diundang untuk Memberikan Opening Remarks pada Side Event CFS ke-46 di Roma
Indonesia mendapat kehormatan diundang untuk memberikan opening remarks pada side event “Naming food: The intrinsic relation between indigenous food s
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, ROMA – Indonesia mendapat kehormatan diundang untuk memberikan opening remarks pada side event “Naming food: The intrinsic relation between indigenous food systems, traditional knowledge and language diversity" (Menamakan pangan: hubungan antara sistem pangan tradisional, pengetahuan tradisional dan keanekargaman bahasa).
Side event ini diselenggarakan di sela-sela Pertemuan CFS ke-46 di Roma, Italia, Jum'at, (18/10/2019).
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi selaku Ketua Delegasi Indonesia mengungkapkan, bahwa setiap negara di dunia memiliki pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat adat dalam kehidupan sehari-hari yang disebut pengetahuan tradisional. Pengetahuan tradisional tersebut turun temurun dilestarikan dan terintegrasi dengan alam.
Baca: Lewat PKBM, Kementan Pikat Genersi Muda dengan Mekanisasi
“Pengetahuan tradisional menjadi dasar untuk kehidupan yang harmomis antara masyarakat dengan alam semesta,” ujar Agung.
Agung menambahkan, posisi geografis yang berbeda-beda membuat setiap negara memiliki kekayaan biodiversitas masing-masing yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia telah mengonsumsi paling tidak 100 jenis sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 450 jenis buah dan 250 jenis sayur.
Meskipun demikian, kecepatan perkembangan pengetahuan tradisional lebih lambat dibandingkan dengan perubahan iklim yang terjadi.
Baca: Kementan Desain Kawasan Buah dan Tanaman Hias Orientasi Ekspor
Menurut Agung, situasi ini membuat masyarakat adat mendapat dampak yang paling buruk, terutama mereka yang tinggal di pulau-pulau kecil, hutan tropis atau pegunungan.
“Dalam hal ini, kita harus memperkuat ketahanan pangan berdasarkan pengetahuan lokal dan sumberdaya lokal, termasuk mendorong pangan lokal," imbuh Agung.
Sebagai penutup dalam opening remark, Agung mengusulkan untuk membuat gambaran besar tentang integrasi antara pengetahuan tradisional dengan inovasi pengetahuan dan teknologi modern untuk menciptakan ketahanan pangan, terutama masyarakat adat yang tinggal di wilayah rentan.
Baca: Wujudkan Lumbung Pangan 2045, Kementan Genjot Mekanisasi Pertanian
"Hal ini penting untuk mencapai target Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, yaitu mengakhiri kelaparan dan kerawanan pangan," pungkas Agung.
CFS ke-46 dilaksanakan pada tanggal 14 – 18 Oktober 2019 di Roma, Italia. CFS merupakan forum internasional yang membahas kebijakan ketahanan pangan dan gizi secara inklusif melalui perumusan kesepakatan bersama dengan melibatkan beragam pemangku kebijakan dari seluruh dunia. (*)