HNW: Islam Ajarkan Moderatisme, Cinta Negara, Bukan Radikalisme atau Terorisme
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menghadiri dan menjadi salah satu narasumber seminar di Forum Pertemuan Alumni Universitas Arab Saudi di Indonesia.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA menghadiri dan menjadi salah satu narasumber Seminar di Forum Pertemuan Alumni Universitas Arab Saudi di Indonesia. Pertemuan ini dihadiri tokoh-tokoh Islam dunia yakni, Imam dan Khatib Masjidil Haram Syaikh Dr. Saleh bin Humaid dan Rektor Universitas Islam Madinah Pangeran Dr. Mamdouh bin Saud bin Tsunayyan Al Saud. Juga hadir tokoh-tokoh Alumni Universitas di Saudi Arabia dari kawasan ASEAN dan Asia Pasifik yang menjadi tokoh Ulama atau pejabat publik.
Acara yang digelar di Ballroom Hotel Grand Sahid Jakarta, pada hari Selasa (10/1/2023) ini juga dihadiri Dubes Arab Saudi Syekh Esam bin Ahmed Abed Al-Thagafi, Ketua Alumni Saudi Arabia se-Indonesia KH. Bactiar Nasir dan para alumnus perguruan tinggi di Arab Saudi.
Dikatakan Pimpinan MPR yang juga Alumni Universitas Islam Madinah Saudi Arabia yang akrab disapa HNW ini, pertemuan tersebut adalah sebuah forum yang mempertemukan para alumni dari berbagai universitas di Saudi Arabia.
"Mereka juga datang dari Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Pertemuan ini membahas beberapa hal penting tentang peran alumni universitas-universitas di Saudi Arabia di kawasan regional dan global," ujarnya, saat ditemui wartawan usai acara.
HNW mengungkapkan, berbagai hal penting bagi umat Islam dibahas oleh beberapa tokoh Islam dunia yakni Syaikh Dr. Saleh bin Humaid dan Pangeran Dr. Mamdouh bin Saud bin Tsunayyan Al Saud, dan para narasumber tokoh-tokoh alumni universitas-universitas di Saudi Arabia.
Mereka menegaskan bahwa apa yang diajarkan di Saudi Arabia dan akan terus disebarkan adalah Islam yang moderat, Islam yang mencintai bangsa dan negaranya, Islam yang memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk umat, kemanusiaan, bangsa dan negara, serta Islam yang rahmatan lil alamin, yang jauh dari segala bentuk terorisme, radikalisme, ekstrimisme.
"Saya sendiri dalam forum tersebut menyampaikan tentang, bagaimana peran daripada alumni Universitas Saudi Arabia di Indonesia, di dalam menyebarkan moderasi beragama, menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, mengkoreksi semua perilaku beragama yang menjurus kepada takfiri, intoleran, radikalisme ekstrimisme, yang tidak diajarkan di Saudi Arabia," terangnya.
Anggota Komisi VIII DPR RI dari FPKS ini memaparkan bahwa peran warga Indonesia alumni Lembaga Pendidikan di tanah haram Mekah dan Medinah yg nanti disebut sebagai Saudi Arabia itu sudah sangat lama. Bahkan, sejak sebelum Indonesia merdeka. Sebut saja beberapa tokoh besar seperti, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim As'ary, KH. Wahab Hasbullah, KH. Mas Mansyur, KH. Agus Salim dan lainnya.
"Nama-nama itu adalah tokoh-tokoh nasional yang belajarnya antara lain di Mekah (Arab Saudi). Mereka belajar dari guru-guru mereka yang juga orang Indonesia yang menjadi ulama di sana yang mengajarkan Islam ahlu sunnah waljamaah. Kepulangan dari belajar, mereka membuat organisasi Islam terbesar seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Mereka memberikan warna yang sangat nyata bahwa Indonesia menjadi negeri yang moderat, bukan negeri yang kemudian diartikan sebagai intoleran, radikal, eksklusif, yang memisahkan agama dan negara. Umat Islam di Indonesia menganut ahlussunnah wal jamaah, aliran besar yg moderat,” tutur HNW.
Lebih jauh, Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini menjelaskan bahwa semua yang dilakukan para tokoh besar di jaman pra kemerdekaan itu terus berlanjut di awal kemerdekaan. Para alumni dari Saudi Arabia yang belajar di Makkah, Madinah, Riyadh dan lainnya kemudian melanjutkan peran ini.
Mereka (para alumnus) kemudian berperan di masyarakat ada yang menjadi Ketua NU, Ketua Muhammadiyah, ada yang membuat organisasi Islam baru, mendirikan sekolah dan ponpes, menjadi Guru Besar, Ulama, Ustadz, menjadi penceramah di televisi, radio, di masjid-masjid kampung. Bahkan, banyak di antara mereka yang berkiprah di dunia politik dan berhasil dipercaya menjadi Ketua MPR, Wakil Ketua MPR, Menteri, Duta besar, menjadi Pimpinan DPRD, menjadi kepala kepala daerah dan lainnya.
"Pada intinya adalah, tidak mungkin mereka berada dalam posisi pimpinan lembaga kenegaraan, dan dipercaya rakyat dan negara di posisi terhormat seperti itu, jika mereka menyebarkan Islam yang intoleran, tidak moderat, apalagi radikal, takfiri, dan tidak mencintai bangsa dan negaranya," lanjut HNW.
"Dari mana mereka belajar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin itu? Dari berbagai lembaga pendidikan/perguruan tinggi di Saudi Arabia. Pembahasan seperti ini penting, kita bisa mendengar dan mengetahui ternyata, semuanya menuju arah yang sama bahwa alumnus Saudi Arabia di berbagai negara, menerapkan Islam yang moderat, Islam yang mencintai tanah airnya, Islam yang tidak mengkafir-kafirkan," tandasnya.
"Mudah-mudahan ini akan menjadi trend yang semakin menguatkan arus kemoderatan Islam," tambahnya.
Mempertimbangkan dampak positif dari pertemuan seperti ini untuk kemuliaan Islam dan kemajuan peradaban kemanusiaan, HNW berharap forum semacam ini ditindaklanjuti dengan forum-forum berikutnya. Sebab manfaatnya sangat banyak. Antara lain, Pertama, jika banyak forum semacam ini, maka umat akan semakin banyak mengetahui bahwa betapa Islam adalah sebuah arus besar yang bisa menghadirkan moderatisme dan mengoreksi segala bentuk ekstrimisme.
Kedua, bukan hanya di Indonesia saja pertemuan ini penting digelar. Di negara-negara lain tempatnya para alumni, juga penting diselenggarakan. Sehingga dengan demikian, akan semakin terbuktilah bahwa para alumnus Saudi Arabia dari berbagai negara di dunia, menyebarkan paham yang sama yaitu paham Islam yang moderat, Islam yang bukan teroris radikalis, tapi Islam yang menghadirkan rahmatan lil alamin, yang cinta bangsa dan negaranya, serta memajukan peradaban dunia,” pungkas HNW.(*)