Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rangkaian Syukuran Mesiwah Pare Gumboh Ritual Adat Jadi Event Budaya

Sejumlah lapisan masyarakat seperti remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, berarak-arakan sambil membawa beragam hasil panen menuju rumah balai adat

Editor: Content Writer
zoom-in Rangkaian Syukuran Mesiwah Pare Gumboh Ritual Adat Jadi Event Budaya
Istimewa
Sejumlah warga berbaris dan berarak-arakan dalam rangkaian sykuran atas hasil panen di Kabupaten Balangan, Paringin, Kalimantan Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah lapisan masyarakat seperti remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, berarak-arakan sambil membawa beragam hasil panen menuju rumah balai adat desa. Diantaranya, tampak warga laki-laki yang masing-masing membawa obor api ditangannya.

Kegiatan itu merupakan salah satu rangkaian syukuran bersama atas hasil panen atau Mesiwah Pare Gumboh, Desa Liyu dan Desa Gunung Riut, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Paringin, Provinsi Kalimantan selatan, Jumat (21/7/2023) malam kemarin.

Ritual itu merupakan bagian dari kegiatan Mesiwah Pare Gumboh, disebut dengan nyerah ngemonta yang bermakna: penyerahan hasil panen yang masih mentah dari masyarakat kepada pelaksana ritual, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Sesampainya dibalai adat, sebagian remaja laki-laki dan dewasa melakukan atraksi 'mandi api'. Mereka tampak memainkan obor api itu kesekujur tubuhnya. Ini menjadi salah satu pertunjukkan yang amat ditunggu oleh para wisatawan.

Sementara, di dalam balai adat dilakukan kegiatan penyerahan hasil panen yang dilakukan oleh pemimpin ritual kepada sang pencipta dalamR bentuk hasil panen yang masih mentah atau disebut dengan ritual ngemonta.

Koordinator penyelenggara Mesiwah Pare Gumboh, Megi Raya Suseno mengatakan, syukuran bersama atau Mesiwah adalah momen yang istimewa bagi masyarakat Dayak Deah.

Ritual-ritual yang dilakukan dalam Mesiwah Pare Gumboh secara umum adalah sebagai bentuk perayakan atas hasil panen, serta harapan terhadap hasil yang dinikmati agar mendatangkan kebaikan.

Berita Rekomendasi

Megi yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Rano Liyu, Desa Liyu ini menjelaskan, adat tradisi yang sekarang telah menjadi event budaya adalah bentuk nyata sebagai upaya mengenalkan kearifan lokal keoada seluruh masyarakat. Selain menjaga warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

”Ritual adat yang dilakukan dan beberapa atraksi yang disajikan hingga menjadi sebuah pertunjukkan dalam event kebudayaan ini diharapkan dapat dinikmati seluruh masyarakat sebagai bagian kekayaan budaya di Indonesia,” katanya.

Selain telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2022, pesta adat syukuran panen bersama atau Mesiwah Pare Gumboh (MPG) oleh masyarakat Dayak Deah di Desa Liyu, Gunung Riut, Kabupaten Balangan, Kalsel ini juga telah berhasil masuk Karisma Event Nusantara 2023.

Event budaya MPG pada 2023 kali ini merupakan gelaran ke 5. Bertema ”Osotn Ne Erai Katos Gawi Ne Kerai Koyat” dalam bahasa Dayak Deah Halong, ada pun dalam bahasa Indonesia bermakna: erat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing.

Inspektur II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kamal Rimosan mengungkapkan, ritual Mesiwah Pare Gumboh yang dimiliki masyarakat Dayak Deah telah menjadi salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Balangan.

Menurutnya, alam dan budaya adalah roh pengembangan pariwisata. Dengan penyelenggaraan event yang berkualitas serta memiliki keunikan, maka dapat menarik wisatawan. Didukung aspek atraksi, amenitas, dan aksesibilitas serta sapta pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

”Banyak yang harus dibenahi lagi sebagai upaya pengembangan kualitas event. Kelengkapan fasilitas, tata kelola acara, ekosistem penyelenggaraannya harus ditata sehingga bisa menarik wisatawan datang ke Desa Liyu,” ujarnya dalam sambutan sesaat sebelum membuka event tersebut secara resmi.

Ditegaskannya, penyelenggaraan event budaya Mesiwah Pare Gumboh di Kabupaten Balangan, Kalsel berjalan harus mampu memberikan manfaat ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Potensi peluang usaha dan lapangan pekerjaan telah terbuka ketika kepariwisataan dan ekonomi kreatif terus dikembangkan.

Sementara, Bupati Balangan Abdul Hadi mengatakan, orang Dayak di lereng Pegunungan Meratus menjalin persahabatan yang erat dengan hutan. Bukti persahabatan itu adalah lestarinya hutan-hutan di sekitar wilayah hidup suku Dayak selama tidak ada campur tangan dari luar daerah.

”Sebagai kepala daerah, saya mendukung Desa Liyu untuk terus mengembangkan pariwisata dan menggali potensi-potensinya, lalu mengemasnya sekreatif mungkin untuk menarik kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan dari luar daerah,” katanya.

Disebutkannya, adat dan budaya Dayak Deah dan juga subsuku Dayak lain di lereng Pegunungan Meratus mempunyai ciri yang sangat khas, yaitu sangat lekat hubungannya dengan hutan dan ladang.

”Tidak ada yang memahami hutan lebih baik dari orang Dayak Deah dan sub suku Dayak di lereng Meratus,” ujarnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas