Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua MPR RI Bamsoet Mendapat Gelar Dato' Sri Utama dari Sultan Kotapinang XIV

Bambang Soesatyo bersama Putra Sulung Megawati Soekarno Putri, Mohammad Rizki Pratama (Tatam) Mendapat Gelar Dato' Sri Utama dari Sultan Kotapinang XI

Editor: Content Writer
zoom-in Ketua MPR RI Bamsoet Mendapat Gelar Dato' Sri Utama dari Sultan Kotapinang XIV
Istimewa
Bambang Soesatyo bersama Putra Sulung Megawati Soekarno Putri, Mohammad Rizki Pratama (Tatam) Mendapat Gelar Dato' Sri Utama dari Sultan Kotapinang XIV 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo bersama Putra Sulung Megawati Soekarno Putri, Mohammad Rizki Pratama (Tatam) Mendapat Gelar Dato' Sri Utama dari Sultan Kotapinang XIV. Gelar tersebut diberikan di acara pertabalan atau penobatan Tengku Irvan Bahran menjadi Sultan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara.

Bergelar Seri Paduka Yang Mulia Yang Dipertuan Besar Tuanku Sultan Irvan Bahran Ma’moer Perkasa Alamsyah I, Irvan Bahran menjadi Sultan Kotapinang XIV (keempat belas), meneruskan tahta dari Sultan Ma’moer Perkasa Alamsyah.

"Saya memberikan apresiasi yang luar biasa atas acara penobatan sahabat saya Tengku Irvan Bahran sebagai Yang Dipertuan Besar Kotapinang Sultan Irvan Bahran Ma’moer Perkasa Alamsyah I, yang tentunya akan memiliki tugas dan tanggungjawab yang tidak ringan untuk diemban. Khususnya untuk mewujudkan visi besar mengangkat kembali adat budaya Melayu, mewujudkan bangsa Melayu yang makmur dan sejahtera, serta mengembalikan masa-masa kejayaan dan masa-masa keemasan bangsa Melayu. Saya yakin dan percaya, Sultan Irvan Bahran Ma’moer Perkasa Alamsyah I, akan mampu menjalankan tugas dan tanggungjawab tersebut dengan sebaik-baiknya," ujar Bamsoet saat menyampaikan sambutan di acara pertabalan Sultan Kotapinang di Kota Medan Sumatera Utara, Sabtu (9/3/24).

Hadir antara lain Sultan Langkat Azwar Azis Abdul Djalil Rachmadsyah, Sultan Deli Machmud Aria Lamanjiji Perkasa Alamsyah, Sultan Serdang Achmad Thalaa Shariful Alamsyah, Sultan Asahan M Iqbal Alvinanda Abdul Djalil Rachmadsyah, Sultan Palembang Iskandar Mahmud Badaruddin, Yang Dipertuan Kualuh Zainul Abidin serta Ketua Umum DPP Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Brigjen (Pol) AA. Mapparressa.

Selain Bamsoet dan Tatam Soekarno Putra yang mendapat gelar Seri Ahli Mangku Negara Utama dengan gelaran Dato' Seri Utama, yang memiliki makna Gelaran Seorang Pemimpin atau tokoh panutan yang memiliki kedudukan di masyarakat juga Lenny Sri Mulyani dan Dewi Puspa yang mendapat gelar masing-masing sebagai Seri Adhanareswari Caksana Utama dengan gelaran Datin Seri Utama yang memiliki makna Seorang Wanita yang mulia dan bijaksana serta Seri Darmastuti Gayatri Utama dengan gelaran Datin Seri Utama, yang memiliki makna Seorang wanita yang penuh pengabdian dan menawan.

Baca juga: Bamsoet Sebut Ridwan Kamil Cocok Jadi Menteri PUPR

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, Kesultanan Kotapinang pada mulanya bernama Kesultanan Pinang Awan. Kesultanan ini didirikan oleh Batara Sinomba, Putra dari Sultan Alamsyah Syaifuddin yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung. Wilayah kekuasaan Kerajaan Kotapinang ada di sekitar Sungai Barumun. Sultan Batara Sinomba sukses menyatukan dua suku besar saat itu, yaitu Dasopang dan Tamba.

"Setelah Jepang meninggalkan Indonesia pada tahun 1945, para sultan di Sumatera Timur menghendaki kedudukannya sebagai raja kembali dipulihkan. Namun setahun kemudian, pergerakan anti kaum bangsawan dalam sebuah revolusi sosial Sumatera Timur, tidak menginginkan adanya pemulihan sistem feodalisme tersebut," kata Bamsoet.

Berita Rekomendasi

Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, pada tanggal 3 Maret 1946 terjadilah peristiwa revolusi sosial besar-besaran secara serempak di Sumatera timur. Kesultanan Kotapinang turut menjadi korban dari peristiwa revolusi sosial tersebut. Terjadi penjarahan, pembakaran istana dan pembunuhan terhadap sultan dan para kerabat kesultanan.

"Pada tanggal 7 Maret 1946 Yang dipertuan Besar Sultan Ma’moer Perkasa Alamsyah meninggal dunia, menjadi korban dari peristiwa revolusi tersebut. Setelah meninggalnya Yang dipertuan Besar Sultan Ma’moer Perkasa Alamsyah, pada tahun 1946 Kesultanan Kotapinang masuk dalam bingkai NKRI, namun belum memiliki seorang kepala adat bergelar sultan," urai Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, pada tanggal 14 Januari 2024, empat raja dari wilayah Kesultanan Kotapinang yaitu Raja Musa Hidayat, Dzurryat Raja di Si Sumut; Raja Syahrial Nasution, Dzurryat Raja di Pinang Awan; Raja Khailuddin, Dzurryat Raja di Air Merah dan Raja Darmansyah, perwakilan Raja Distrik di Kotapinang, berkumpul dan bermufakat. Hasilnya, disepakati mengangkat Tengku Irvan Bahran Bin Tengku Mohammad Anwar bin Tengku Long Moestafa ibni Sultan Moestafa Ma’moer Perkasa Alamsyah menjadi Yang dipertuan Besar Sultan Kotapinang.

"Kesultanan Kotapinang memiliki sejarah panjang yang jika tidak diangkat dan dikemukakan dalam momentum adat bisa jadi akan terlupakan oleh generasi muda. Tentunya kita tidak ingin, generasi muda bangsa kita semakin tercerabut dari akar budayanya, semakin abai dan lalai terhadap adat budayanya sendiri, karena terbawa oleh arus modernitas zaman dan globalisasi," pungkas Bamsoet. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas