Atasi Polusi Udara Jakarta, Pemprov DKI Gencar Menanam
Demi mengurangi polusi udara di Ibu Kota, Pemprov DKI terus berupaya menghijaukan Jakarta dengan menggencarkan aksi menanam.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Demi mengurangi polusi udara di Ibu Kota, Pemprov DKI terus berupaya menghijaukan Jakarta. Teranyar, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi menanam 1.050 bibit pohon di kawasan Kali Mookervaart yang berada di Jalur Hijau Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, pada Minggu (27/8/2023) pagi.
Ada berbagai jenis tanaman yang ditanam, seperti Kayu Putih, Buttercup, Flamboyan, dan Pulai. Ia menegaskan, aksi menanam ini bakal terus dilakukan untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta
“Saya minta Pak Wali Kota melalui Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) serta Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota untuk mencari lokasi-lokasi di sepanjang bantaran kali dan waduk yang bisa ditanam, dihijaukan. Kami akan lakukan terus-menerus,” ucap Heru.
Baca juga: Beragam Jurus Pemprov DKI Tekan Polusi Udara di Jakarta, WFH hingga Uji Emisi, Efektifkah?
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) Provinsi DKI Jakarta Bayu Meghantara menyatakan, jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman penyerap polutan jenis instant trees, dengan minimal diameter batang 20 sentimeter.
Selama Oktober 2022-Juli 2023, Distamhut DKI tercatat sudah menanam 10.474 pohon penyerap polutan di lokasi-lokasi jalur hijau penyempurnaan yang terkena imbas pembangunan proyek infrastruktur. Misalnya, kolong Tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu) dan Tol Desari (Depok-Antasari), hingga sempadan KBT (Kanal Banjir Timur) sepanjang 14 kilometer.
“Diharapkan dengan bertambahnya pohon penyerap polutan dapat memperbaiki kualitas udara di Jakarta, selain berfungsi juga sebagai pembentuk iklim mikro, peneduh, hingga menambah estetika kota,” ujar Heru.
Selain penanaman pohon, Distamhut DKI juga secara konsisten menambah luasan dan terus mengoptimalkan fungsi RTH dengan melakukan pembangunan dan penataan. Selama 2023 ini, Distamhut DKI berencana membangun 23 taman yang tersebar di lima wilayah Kota Administrasi seluas 6,7 hektare.
Baca juga: Jurus Pemprov DKI Atasi Polusi Udara di Jakarta
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) Provinsi DKI Jakarta Suharini Eliawati menambahkan, ada berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari aksi menanam tersebut.
Selain menambah RTH di Jakarta, penanaman pohon juga untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, meminimalkan polusi udara, mengatasi krisis pangan, dan resesi global. Pasalnya, tak hanya pohon penyerap polutan yang ditanam, tapi juga sayuran dan buah yang cepat panen.
Dalam aksi penghijauan ini, Pemprov DKI melibatkan pula masyarakat untuk menanam di sekitar tempat tinggalnya hingga fasilitas umum.
“Sehingga bukan hanya menjadikan lingkungan lebih sehat, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan gizi dan mendukung program pemerintah menurunkan stunting,” kata Elly.
Kini, lanjut Elly, ada lima program aksi menanam yang dijalankan DKPKP Provinsi DKI Jakarta. Pertama, Gerakan Menanam Tanaman Cepat Panen dan Hemat Air. Kegiatan ini dikenal juga dengan nama Gerakan Menanam untuk Ketahanan Pangan.
Baca juga: Kualitas Udara di Jakarta Memburuk, ASN Pemprov DKI Terapkan WFH Mulai Hari Ini
Gerakan tersebut melibatkan berbagai unsur, dari instansi pemerintah, aparat, kelompok tani, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dasawisma, komunitas, swasta, hingga lembaga pendidikan.
“Hingga akhir Juni 2023, jumlah bibit yang dibagikan secara gratis dan sudah ditanam kurang lebih sebanyak 193.000 pohon. Jumlah ini tentunya akan terus bertambah,” tutur Elly.
Adapun beberapa tanaman berumur pendek dan lekas panen yang ditanam seperti aneka sayuran, cabai, tomat, terong, tanaman obat keluarga, serta buah.
Program kedua ialah pemanfaatan lahan kosong dan rooftop untuk ditanam. Hal ini sejalan dengan penataan kawasan di tiap kelurahan, selain memanfaatkan rooftop, baik di kantor instansi, swasta, masjid, maupun sekolah. Pemanfaatan ruang dan lahan kosong untuk ditanami itu agar tampak indah (estetis) serta produktif.
Ketiga, pengendalian hama penyakit tanaman secara intensif melalui kegiatan Pelayanan Mobil Klinik Tanaman yang keliling secara terjadwal ke lokasi-lokasi di Jakarta. Dengan program ini, para pelaku usaha pertanian dapat berkonsultasi langsung dan mengetahui secara pasti intensitas tingkat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), jenisnya, sampai cara penanggulangannya.
Baca juga: ASN Pemprov DKI WFH 2 Bulan Mulai Hari Ini, Bakal Dipantau Lewat Video Call pada Jam Tertentu
Program keempat ialah penyediaan sarana penyiraman untuk daerah rawan kekeringan, seperti pompa air, selang air, pupuk trichokompos, serta media tanam untuk membantu lahan pertanian yang kurang subur.
“Terakhir ialah program pemberian bibit gratis, layanan mobil proteksi tanaman dan pembinaan penggunaan agens hayati untuk menyuburkan tanah, serta mencegah hama penyakit,” ungkapnya.
Gerakan menanam yang gencar dilakukan Pemprov DKI Jakarta ini pun mendapat apresiasi dari Pengamat Kebijakan Publik GMT Institute Agustinus Tamtama Putera. “Ini tentu merupakan jalan untuk mengurangi polusi Jakarta lewat pendekatan ekologis. Akhir-akhir ini memang Heru Budi Hartono terus berupaya membuat kebijakan taktis dan praktis yang intinya menekan polusi Jakarta yang memprihatinkan,” paparnya.
Ia pun mengingatkan Heru Budi dan jajarannya untuk konsisten dalam menjalankan program menanam ini. Sebab, penanganan polusi udara harus dilakukan terus-menerus, supaya masalah ini tak terulang lagi di kemudian hari.
Baca juga: Tekan Angka Kemiskinan, Pemprov DKI Tingkatan Kualitas Kawasan Permukiman
“Membereskan lingkungan yang tercemar, dalam hal ini udara, tidak bisa sekali jadi dan instan. Karena yang nyata sekarang merupakan akumulasi pola hidup tak sehat orang per orang dan lembaga. Sebuah gejala fenomena yang untuk mengatasinya itu diperlukan langkah-langkah strategis,” beber Tamtam.
Ia pun mengapresiasi Pemprov DKI yang turut melibatkan masyarakat untuk menggencarkan program menanam ini. Dengan demikian diharapkan seluruh masyarakat bisa terlibat secara aktif menanam pohon di sekitar tempat tinggalnya.
“Sinergitas semua elemen pemerintah DKI Jakarta memang penting, istimewanya terkait isu ekologi. Lingkungan yang sehat berdampak kepada hidup yang sehat. Udara yang tercemar bisa mendatangkan penyakit yang kita tidak ketahui dengan pasti, selain lewat medical checkup. Sebab kita tidak tahu, udara dan polutan apa yang kita hirup,” pungkas Tamtam.(*)