Daur Ulang Limbah Plastik PET, Cara Produktif Ubah Masalah Sampah Jadi Berkah
Di tengah tantangan pengelolaan sampah plastik, daur ulang menjadi salah satu cara produktif yang juga memberi dampak baik bagi lingkungan.
Penulis: Nurfina Fitri Melina
TRIBUNNEWS.COM - Sistem pengelolaan sampah yang buruk membuat sampah plastik masih menjadi permasalahan yang dihadapi Indonesia hingga saat ini. Bahkan, sampah plastik menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia.
Di tengah tantangan akan pengelolaan sampah plastik yang kian melanda, daur ulang dapat menjadi salah satu cara produktif yang juga memberi dampak baik bagi lingkungan. Bahkan, solusi daur ulang juga dapat memberi manfaat pada sisi ekonomi.
CEO PT Polindo Utama, Daniel Lawrence Angelo Law menjelaskan, sampah plastik yang menjadi tantangan justru memiliki dampak ekonomi yang cukup signifikan sebagai mata pencaharian bagi para pemulung hingga pengusaha daur ulang sampah plastik.
“Sejauh sampah plastik itu punya value ekonomi yang bagus, itu tidak pernah akan menjadi masalah di masyarakat, bahkan menjadi salah satu sumber penghasilan buat pemulung dan juga kami sebagai pengusaha daur ulang plastik. Jadi, yang perlu itu sampah plastiknya ditempatkan, bukan dibuang begitu saja,” jelas Daniel saat dihubungi Tribunnews, Kamis (22/2/2024).
Daniel mengungkapkan, saat ini, PT Polindo Utama mengambil peran dalam pengelolaan sampah plastik dengan fokus mendaur ulang sampah plastik berbahan Polyethylene Terephthalate atau PET.
Plastik berbahan PET, jelas Daniel, secara rasio memiliki tingkat collection rate yang paling tinggi dibandingkan jenis yang lain. Selain itu, permintaan untuk market PET juga besar dan banyak variasi produk yang bisa dihasilkan.
“Barangnya sendiri (PET) juga gampang sekali untuk didaur ulang karena botol atau galonnya itu tidak ada campuran dengan jenis lainnya. Jadi, kita hanya perlu mencopot labelnya dan memisahkan tutupnya,” papar Daniel.
Menurut Daniel, proses daur ulang jenis limbah plastik yang lain memang membutuhkan proses yang lebih rumit. Misalnya untuk limbah plastik berbahan Polyethylene, yang tipis dan terkadang kotor, sedangkan untuk yang berbahan PP atau Polypropylene memiliki jenisnya dan campuran warna yang banyak, sehingga jadi kendala tersendiri untuk proses daur ulangnya.
Baca juga: Kisah Pengusaha Grosir Air Mineral, Sukses Dulang Cuan Berkat Galon Bening PET
Sinergi dengan perusahaan AMDK
Dalam mendukung pengurangan limbah plastik, PT Polindo Utama juga menjalin sinergi dengan Le Minerale. Seperti diketahui, perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ini memiliki produk yang berbahan PET.
Kemitraan strategis Le Minerale dan PT Polindo Utama ini juga menjadi salah satu bentuk implementasi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Produsen. Peta Jalan tersebut mengharuskan kalangan produsen mengurangi volume sampah di lingkungan sebesar 30 persen per 2030.
PT Polindo Utama sebagai mitra kerja Gerakan Ekonomi Sirkular (GESN) Le Minerale memiliki 16 fasilitas penarikan dan agregasi sampah plastik di berbagai wilayah, dengan kemampuan pengolahan 130 ton per hari.
Lebih dari separuh angka tersebut merupakan hasil dari penarikan sampah kemasan plastik Le Minerale, baik itu berupa kemasan botol maupun galon. Bekas kemasan yang ditarik kembali oleh produsen diolah menjadi bahan baku industri baru.
Daniel mengungkapkan, kerja sama yang terjalin juga sangat membantu bisnis daur ulang sampah plastik yang menurutnya sangat challenging di masa-masa tertentu.
“Kita sangat berterima kasih karena support dari Le Minerale sangat membantu bagi kita sehingga lebih mudah dalam mengakses ke supplier untuk mengambil material langsung. Karena itu kita butuh sangat disupport oleh perusahaan seperti Le Minerale,” ungkap Daniel.
Pihaknya berharap perusahaan-perusahaan lain bisa mengikuti langkah Le Minerale, sebab kolaborasi baik ini menjadi bagian penting dari pengelolaan sampah plastik di Indonesia.
Kolaborasi tersebut menjadi bukti bahwa daur ulang merupakan salah satu cara produktif yang dapat membantu mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Di saat yang sama, perusahaan dan pengusaha bukanlah satu-satunya pihak yang perlu bergerak untuk mengatasi tantangan ini.
Berdasarkan laporan Environmental Performance Index 2022, riset hasil kolaborasi Yale University, Columbia University, dan McCall MacBain Foundation, recycling rates atau tingkat daur ulang sampah di Indonesia masih rendah. Tercatat pada tahun 2022 Indonesia hanya meraih skor 15,20 dari skala 0-100 dan berada di peringkat ke-96 dari 180 negara.
Karenanya, inisiatif dari para pelaku industri perlu dibarengi dengan edukasi yang komprehensif dan perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Masyarakat bisa mengawali langkah mereka dengan mengubah kebiasaan pengelolaan sampah plastik, misalnya mulai memisahkan sampah dari rumah. Dengan begitu, dampak ekonomi yang signifikan dari daur ulang limbah plastik PET dapat dirasakan oleh pemulung atau pengepul, perusahaan daur ulang hingga ke masyarakat itu sendiri
“Kita juga sangat berterima kasih dengan Le Minerale, salah satu brand lokal yang memang berani dan terdepan untuk mengedukasi masyarakat. Ini cukup penting agar ada kesadaran di masyarakat untuk pemilahan sampah dari rumah,” pungkas Daniel.
Baca juga: Raup Cuan 3 Juta Sehari, Inilah Cerita Sukses Pelaku Industri Daur Ulang dari Sampah Plastik PET