Kisah Wartawan Solo Ngos-ngosan Menguntit Gerak Jokowi
Wartawan boleh menguntit kemana pun Jokowi pergi, asal tahan capek, tahan ngos-ngosan dan tahan lapar
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Biar berbadan 'kutilang' (kurus, tinggi, langsing), energi Joko Widodo (Jokowi) ibarat stamina kuda!
Betul, Jokowi memang super sibuk, sampai sering lupa makan. Menemuinya adalah perkara yang sangat tidak mudah, dan setiap bertemu pasti dia selalu menyapa, menyalami, dan tersenyum. Tapi, susah sekaligus mudah mencari waktu yang tepat dan leluasa untuk mewawancarainya.
Ini adalah kisah betapa sulitnya mewawancarai Jokowi di masa-masa dirinya melakukan persiapan bertarung di Pemilukada Jakarta putaran pertama dan kedua.
Setiap waktu, baik di Solo maupun di sela kesibukannya berkampanye, wartawan boleh mengikutinya ke setiap lokasi kampanye atau pertemuan, asal tahan ngos-ngosan, tahan lelah dan bisa mengimbangi tahan laparnya Wali Kota Solo ini saja.
Namun, untuk mencuri waktu khusus barang seperempat jam saja, sangat lah sulit. Baru saja memulai wawancara, biasanya terpotong oleh aktivitas lainnya. Misalnya saja menerima tegur sapa, serta bersalaman dan diajak foto bersama warga atau pendukungnya.
"Sekarang, setelah lolos ke putaran kedua, undangan yang diterima Bapak banyak sekali. Per hari undangan yang masuk berdasarkan e-mail maupun SMS, jumlahnya bisa ratusan. Bisa-bisa sampai 300 tempat," ujar Isnaini, seorang wartawan di Solo yang dimintai bantuan Jokowi untuk mendampinginya selama kegiatan Pilgub DKI Jakarta. Isnaini pun mengikuti Jokowi, Jumat sore hingga Minggu dia menjadi sering berada di Jakarta.
"Saya tidak tahu Jakarta. Maka itu, awal-awal masuk Jakarta, Bapak sering terlambat tiba di lokasi. Saya pakai perhitungan di Solo, kalau di sana ke mana-mana kan enggak ada macet. Sedangkan di Jakarta ternyata macetnya luar biasa. Udah begitu tidak tahu lokasi pula, sehingga perkiraan waktu meleset terus," ujar Isnaini, mantan wartawan pada surat kabar bisnis di Ibu Kota
Sekali waktu, perjalanan Jokowi sering lintas diagonal. Misalnya dari Jakarta Timur ke Jakarta Barat. Dengan jarak tempuh yang jauh, tentu menyita waktu Jokowi. "Saking banyaknya undangan, Bapak pernah mendatangi 18 tempat dalam sehari. Tapi karena saking capek, kami kurangi jumlah kunjungannya menjadi maksimal 12 lokasi yang dikunjungi di Jakarta," tutur Isnaini.
Acara saat bersilaturahmi pun diatur dengan sedemikian rupa sehingga singkat dan padat. Saat pertama kali ditemui tim penulis buku ini, 3 Agustus lalu di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jokowi baru pulang lewat tengah malam. "Bapak masih ada acara. Hari ini, Bapak bertemu dengan Ibu Megawati (mantan presiden dan Ketua Umum PDIP, penulis). Bapak juga buka puasa bersama alumni ITB. Setelah itu Bapak melanjutkan acara ke tempat lain," ujar Toto, salah seorang petugas keamanan rumah yang ditempati Jokowi malam itu.
Hari sudah berganti, Jumat menjadi Sabtu. Sekitar pukul 00.30 WIB, iring-iringan mobil Kijang warna metalik yang ditumpangi Jokowi memasuki halaman rumah yang sangat luas. Pekarangan rumah khas Jawa, yang dapat menampung belasan mobil. Gerbangnya agak menjorok ke dalam, kira-kira 10 meter dari tepi jalan. Di sisi kiri gerbang, tersedia pos pengamanan. Di sisi kanan, terdapat gubuk dari bambu berdinding gedek, anyaman bambu.
Di depan rumah yang terdiri atas dua bangunan, terdapat lapangan bulu tangkis yang terbuat dari lantai dicor semen. Di dekatnya, antara lapangan dan rumah, terdapat bangunan terbuka, yang cocok dijadikan tempat anjangsana, tempat bertemu di ruangan terbuka. Di sana juga tersedia meja dan kursi untuk berleha-leha. Di sisi kanan tempat ini, terdapat milik petilasan berikut kamar mandi, untuk pria dan wanita.
Saat bertemu pertama dengan tim penulis buku "Jokowi, Spirit Bantaran kali Anyar", 4 Agustus 2012 dinihari silam, Jokowi telah menyetujui dan mengizinkan penulis ikut serta dalam mobil yang membawa Jokowi berkunjung dari satu tempat ke tempat lainnya di Jakarta. Namun melihat jadwalnya yang super sibuk, termasuk pertimbangan kegiatan itu dia jalankan dalam situasi bulan puasa, kesempatan wawancara di Jakarta sulit dilakukan.
Kesepakatan kemudian diubah, tim penulis sebaiknya berangkat ke Solo, kota yang dipimpin Jokowi sejak 2005. Setibanya di kota ini, ternyata Jokowi bukan sepi agenda. Jadwal dia juga padat. Apalagi hari Jumat itu bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-67 Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang bertempat di lapangan Sriwedari, Solo.
Usai upacara, Jokowi melanjutkan kegiatannya beramah tamah dengan unsur musyawarah seperti pimpinan daerah Solo, seperti Kapolres, Komandan Kodim, Kepala Kejaksaan, DPRD, dan Pengadilan Negeri setempat. Melihat banyak wartawan yang berdiri, berkerumun, dan menungguinya di dekat pintu ruang tamu pengelola Lapangan Sriwedari, Jokowi pun akhirnya keluar ruangan.