Kebanyakan Nonton Televisi Bikin Anak Telmi
Pengasuhan anak oleh orang lain terkadang kurang memerhatikan sisi interaksi.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesibukan orangtua terutama yang tinggal di kota besar membuat pola asuh anak beralih ke orang lain.
Peralihan hak asuh anak dari orangtua ke baby sitter atau bibi di rumah bukan saja memperlebar jarak antara ibu dan anak. Melainkan komunikasi yang jarang membuat pertumbuhan anak menjadi kurang maksimal.
Dra Mayke S Tedjasaputra, MSi, Play Terapist-Dosen Psikologi UI, mengatakan pengasuhan anak oleh orang lain terkadang kurang memerhatikan sisi interaksi. Sehingga, anak lebih banyak diperlihatkan dengan tayangan televisi.
"Kalau sering nonton televisi si anak jadi nggak nyambung saat ditanya. Karena fokusnya kurang dilatih waktu kecil," ujar Dra Mayke S Tedjasaputra, MSi di Hal A Senayan, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Mayke menambahkan anak yang sering menonton televisi dan jarang diajak berkomunikasi lebih banyak bercerita dan sering ngomong sendiri. Akan tetapi, celotehan yang diutarakan itu tidak mengundang arti yang jelas.
Saat dilempari pertanyaan dari omongannya itu, terkadang jawaban anak tidak nyambung. "Banyak ngomongnya, seperti orang pintar. Padahal kalau diperhatikan tidak jelas arahnya. Pas ditanya juga jawabannya kemana-mana karena tidak fokus," ujarnya.
Mayke menjelaskan ciri-ciri anak yang tidak fokus itu bisa dilihat dari gerakan mata saat diajak berkomunikasi.
Jika tatapan matanya itu tajam dan berbinar-binar itu pertanda anak merespon dengan baik. Akan tetapi jika matanya sayu itu cirinya anak tidak merespon.
"Ini kemungkinan anak kurang mendapat stimulasi (rangsangan) sehingga tidak terlatih, atau memang memiliki kekurangan," ujarnya.
Jika dalam kurun waktu 2 tahun, kata Meyke anak belum juga bisa mengucapkan kata-kata tunggal maka tergolong pertumbuhan terlambat.
Hanya saja bukan berarti tidak bisa ditangani. Orangtua segera merangsang anak dengan komunikasi atau memberikan buku gambar untuk memperkenalkan kepada anak. Ini guna merangsang otak si anak.
"Atau bisa saja diperkenalkan dengan lingkungan sekitar. Seperti ayam, kucing dan benda-benda di sekitarnya," ujarnya.