Mau Pariwisata Maju? Harusnya Punya Bandara Udara Secanggih Ini
Kalau Indonesia mau pariwisatanya tidak kalah dibanding negeri tetangga, harusnya bandara udaranya secanggih ini.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Dengan kian gencarnya promosi pariwisata oleh pemerintah, sudah semestinya itu diimbangi dengan pembenahan infrastruktur.
Dalam hal ini adalah bandara sebagai pintu akses masuk-keluar para wisatawan ke negeri ini. Tidak hanya wisatawan saja, tetapi juga para business travelers, yang melakukan perjalanan ke Indonesia untuk berbisnis.
Diperlukan bandara dengan teknologi canggih yang mendukung kemudahan mereka dalam melakukan perjalanan. Apalagi di zaman yang serba cepat ini, prosedur check-in dan keamanan bandara yang bertele-tele seharusnya tidak bisa ditoleransi lagi.
Belum lagi kapasitas bandara yang tak berimbang dengan jumlah penumpang. Setidaknya dengan hadirnya teknologi pendukung, bandara dapat melayani pengguna seefisien mungkin.
Sayangnya, saat ini hampir semua bandara di Indonesia, terutama bandara-bandara tersibuk seperti Seokarno-Hatta dan Ngurah Rai belum sampai pada tahap ini.
Saat bandara di negara lain menyediakan fasilitas self boarding, di sini, para penumpang harus mengantri panjang menunggu ground staff mengecek boarding pass mereka.
Aeronuatical Radio Incorporated (ARINC) ingin mencoba memberi solusi kepada pengelola bandara dalam hal komunikasi dan teknik yang berintegrasi berteknologi canggih.
Bermakas di Annapolis, Maryland, AS, ARINC memiliki fokus dua stake holder yaitu perusahaan avisiasi, yaitu maskapai penerbangan, dan bandara. Di Indonesia, ARINC menyasar bandara sebagai stakeholder barunya.
Beberapa bandara internasional yang telah menggunakan fasilitas besutan ARINC antara lain Bandara Haneda dan Narita (Jepang), Bandara Internasional Hong Kong, Incheon (Korea Selatan), Bandara Indira Gandhi (New Delhi, India).
Kepada TRIBUN belum lama ini, Nabil Rohman selaku Principal Account Manager ARINC Divisi Asia Pasifik menjelaskan bagaimana pruduk dari perusahaan berdiri sejak 1929 ini memberikan solusi untuk bandara-bandara di Indonesia.
Dijelaskan oleh Nabil bahwa ARINC menawarkan solusi macam hulu ke hilir, mulai dari proses check in di dalam atau luar bandara, keamanan di pintu masuk, boarding, sampai akhirnya penumpang angkat kaki dari bandara menuju pesawat.
"Pihak bandara di setiap bandara punya otoritas yang unik. Penting buat kami untuk mendengarkan kebutuhan para stakeholder. Kami menyiapkan teknologi sesuai kebutuhan. Apapun ukuran bandaranya," ujar Nabil.
Untuk kemudahan proses check-in penumpang, ARINC menghadirkan ExpressCheck, vMUSE/CUPPS, CUSS (anjungan layanan pribadi) KIOSK. Fasilitas ini memungkinkan penumpang melakukan check-in, mencetak tag koper di mana saja, baik di dalam maupun luar bandara.
Ada pula Roving Agent yaitu petugas yang melakukan check-in penumpang dengan alat portable.
ARINC juga menawarkan Self Bag Drop atau ExpressDrop di mana penumpang yang telah melakukan check-in secara daring atau di CUSS KIOSK dapat memasukkan kopernya tanpa mengantri di counter check-in biasa.
Fasilitas lainnya adalah AirVue yaitu sistem informasi multimedia di bandara yang memungkinkan penumpang melihat informasi secara langsung (real time) melalui ponsel, tablet, dan perangkat lain yang berkoneksi dengan internet.
Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi kongesti antrian yang merupakan masalah klasik bandara dengan jumlah penumpang yang melebihi kapasasitas bandara.
"Tak hanya penumpang, pihak bandara juga diuntungkan karena adanya penghematan jumlah petugas," tutur Nabil.
Keamanan bandara juga menjadi fokus ARINC dengan menghadirkan pintu masuk elektronik ARINC, sesuai dengan peraturan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Pintu ini berupa mesin MZRs yang dapat membaca paspor penumpang secara elektronik.
MZRs menyimpan rincian data penumpang secara efektif dan efisien sekaligus aman. Mesin mendukung program IATA ini multi bahasa sehingga dapat digunakan di berbagai bandara internasional. Keakuratan membacanya adalah 99,999 persen dengan pengakuan AviNet Global Network.
ARINC juga menyediakan ARINC VeriPax yang menawarkan bantuan menyeleksi data penumpang dan mendeteksi dokumen penerbangan palsu. Teknologi dirancang untuk dapat membaca data biometrik.
Di area boarding, ARINC menawarkan Pax Track dan Self Boarding. Pax Track menyediakan kemudahan maskapai penerbangan dalam mengatasi masalah keberadaan penumpang jelang keberangkatan.
Sedangkan Self Boarding memberi keleluasaan pada penumpang untuk melakukan boarding pass sendiri tanpa harus mengantri.
Dalam kacamata bisnis, ARINC melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan. "Indonesia is really a growing market and has positive vibe. Apalagi pemerintah mulai gencar memperbaiki infrastruktur" kata dia.
Namun diakui Nabil masih ada beberapa tantangan yang dihadapi salah satunya adalah sistem birokrasi yang belum tetap.
Yang terpenting, Nabil yakin teknologi ARINC dapat memberi solusi walau pihak pengelola bandara nantinya butuh waktu dan usaha keras untuk membantu para penumpang beradaptasi dengan teknologi yang ARINC tawarkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.