Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Ini Siasat Bisnis Kosmetik Martha Tilaar Saat Kurs Dolar Naik Gila-gilaan

Inilah siasat bisnis kosmetik Martha Tilaar (PT Martina Berto) di saat kurs dolar naik gila-gilaan seperti sekarang.

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Ini Siasat Bisnis Kosmetik Martha Tilaar Saat Kurs Dolar Naik Gila-gilaan
TRIBUN JAKARTA/DANIEL NGANTUNG
Martha Tilaar 

Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM - Naiknya nilai tukar atau kurs mata uang dolar AS terhadap rupiah memaksa para pelaku usaha yang masih mengimpor bahan baku produknya memutar otak agar tidak merugi.

Tak terkecuali PT Martina Berto Tbk (Martha Tilaar Group), produsen jamu dan kosmetik berbahankan alami.

Diungkapkan oleh Komisaris PT Martina Berto Tbk. - Martha Tilaar Group, DR Martha Tilaar, perusahaannya akan lebih gencar berswasembada. Swasembada sebelumya telah dilakukan sejak lima tahun lalu. Artinya, bahan kosmetik yang diimpor volumenya dikurangi.

Bahan baku kosmetik yang biasanya diimpor, seperti lavender dan minyak zaitun, akan dibudidayakan di Indonesia

"Saya mau coba berinvesatasi di Sulawesi Utara dan Selatan. Menurut suami saya, lahan di sana bagus untuk bercocok-tanam lavender, untuk di dataran tinggi dan minyak zaitun, di daerah yang panas. Begitu pula kayu manis dan kelapa," ujar Martha yang ditemui TRIBUNnews.com usai syukuran hari ulang tahunnya di  Kawasan Industri Pulo Gadung, Rabu (4/9/2013).

Di samping itu, bahan baku masker wajah yang terbuat dari beras Sariayu Martha Tilaar juga sudah dibudidayakan di Tanah Air. Ada lima varian masker beras yaitu beras putih, merah, hitam dan hijau.

Berita Rekomendasi

"Semuanya kami tanam sendiri di 33 provinsi Indonesia. Semuanya merupakan hasil bercocok tanam para petani yang telah kami berikan pengetahuan tentang organic-planting," ujar Martha lagi.

Begitu pun dengan jamu. Sebuah klinik herbal juga akan segera dibuka di Universitas Indonesia. Klinik ini dimaksudkan sebagai wadah para dokter melakukan praktik dan penelitian tanaman herbal, khususnya yang masuk kategori Chinese Medicine, sehingga tanaman tersebut dapat dibudidayakan di Indonesia.

"Masak kita harus impor terus. Padahal 90 persen tanaman herbal yang ada di dunia bisa ditemui di Indonesia," ungkap dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas