Hindari Efek Buruk Akibat Jenis Kelamin Bayi Tak Sesuai Harapan
Ketika bayi lahir dengan jenis kelamin tak sesuai harapan orangtua, si bayi terkadang menderita karena kurang disayang.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Manusia memang memiliki banyak keinginan, mulai dari yang sifatnya bisa dicari, sampai hal-hal di luar kuasa manusia. Misalnya saja jenis kelamin bayi.
Ada yang berupaya keras untuk memiliki bayi laki-laki sebagai penerus marga, atau menginginkan bayi perempuan karena sebelumnya sudah mendapatkan anak laki-laki.
Tentu saja manusia boleh berupaya, tetapi tidak semua harapan menjadi kenyataan. Jika ternyata bayi tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan, maka orangtua tentu perlu berbesar hati.
Kate Soles, salah satu di antaranya. Ia bersiap menyambut anak perempuan, tetapi dikaruniai anak laki-laki. Ia diliputi kegamangan karena merasa tidak tahu cara membesarkan anak laki-laki, mengingat ia besar dalam keluarga yang mayoritas perempuan. Orangtuanya pun memasukkan ia ke sekolah khusus perempuan.
Apa yang dialami Kate juga dialami banyak wanita lainnya yang mengharapkan jenis kelamin tertentu, tetapi tidak mendapatkannya. Kadang kekecewaan ini berlanjut pada pola asuh yang salah. Inilah efek buruk akibat jenis kelamin bayi tak sesuai dikehendaki, dan efek ini harusnya tidak boleh terjadi.
Misalnya memaksakan anak dengan gaya berpakaian tertentu, atau memaksa anak perempuannya menyukai jenis olahraga tertentu agar bisa bermain bersama sang ayah.
Amy Mullin, profesor filosofi di Toronto, Kanada, yang juga menulis buku Reconceiving Pregnancy and Childcare mengungkapkan, ketika orangtua kecewa dan melakukan pola asuh yang salah, anak akan turut merasakan kekecewaan itu.
Profesor Mullin mengatakan, dirinya memahami mengapa kemudian sejumlah orangtua kecewa. Namun, ia menganjurkan agar kekecewaan ini tidak berlarut-larut. Anak adalah anugerah dan tidak semua orang beruntung mendapatkannya.
Mengenai pola asuh, menurut Mullin sebenarnya hal ini kembali pada kesiapan orangtua. Anda bisa belajar mengenai pola asuh yang tepat melalui buku, bertanya kepada ahlinya, atau berbagi pengalaman dengan teman atau kerabat.
Berhentilah membanding-bandingkan anak laki-laki dan perempuan. Setiap anak adalah unik. Mencintai mereka dengan sepenuh hati adalah bekal utama bagi perkembangan emosionalnya.
Rahman Indra/ Lusia Kus Anna/ Sumber : the globe and mail
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.