Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Karya yang Berkelanjutan, Kunci Sukses Berjualan di Mal Kelas Atas

Di tahun awalnya, Senayan City pernah menghadirkan area khusus bagi sejumlah desainer lokal untuk menjual karya mereka. Hasilnya?

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Karya yang Berkelanjutan, Kunci Sukses Berjualan di Mal Kelas Atas
Senayan City 

Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM - Hampir saban minggu, berbagai pusat perbelanjaan kelas atas di Jakarta menggelar peragaan busana yang menampilkan koleksi desainer-desainer Tanah Air.

Senayan City adalah salah satunya. Setiap tahun, pusat perbelanjaan di kawasan Senayan ini memiliki program tahunan bernama "Fashion Nation", di samping peragaan busana musiman lainnya.

Dijelaskan oleh CEO Senayan City, Very Y. Setiady saat jumpa pers program tersebut, Rabu (5/3/2014), "Fashion Nation" diadakan untuk mendukung para desainer lokal dengan mengenalkan koleksi mereka kepada khalayak yang lebih luas. Fashion Nation 2014 sendiri berlangsung di Atrium Senayan City pada 27 Maret mendatang.

Tapi apakah dukungan yang bersifat occasional tersebut cukup untuk membantu para desainer mengembangkan bisnisnya di negeri sendiri sementara okupansi butik atau tenant sebagian besar mal kelas atas di Jakarta didominasi oleh brand-brand mancanegara?

Tentang hal ini, Very mengatakan Senayan City selalu berkomitmen penuh untuk mendukung talenta-talenta lokal dalam memajukan industri mode Tanah Air.

Di tahun awalnya, Senayan City pernah menghadirkan area khusus bagi sejumlah desainer lokal untuk menjual karya mereka.

Berita Rekomendasi

Namun sayang, ini tidak bertahan lama.

"Untuk terjun ke industri, butuh komitmen yang besar. Sayang para desainer ini tidak membuahkan koleksi yang berkelanjutkan," ujar Very.

Alhasil koleksi yang ditampilkan tetap sama dari musim ke musim. Cara penataan yang tak berganti turut menyebabkan tempat tersebut kehilangan daya tariknya. Alhasil tak ada pengunjung yang tertarik mendatangi tempat tersebut.

"Memberi subsidi bukanlah cara yang tepat. Kalau dimanjakan dengan subsidi, desainer lokal tidak akan berkembang dan mampu bersaing dengan brand luar negeri," kata Very.

Pengontrolan kualitas, karya yang berkelanjutan, dan manajemen keuangan menjadi modal paling esensial yang seorang desainer harus miliki saat memutuskan untuk membuka butik di pusat perbelanjaan yang okupansinya didominasi oleh brand mancanegara.

Menjual karya di department store, kata Very, dapat menjadi permulaan bagi para desainer yang ingin menseriusi bisnis di dunia ritel.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas